Kanker

Kanker Payudara, Mengenali dan Memahami Bahaya Tersembunyi

Kanker payudara adalah suatu penyakit ketika sel-sel di dalam jaringan payudara mengalami perubahan genetik yang membuatnya tumbuh dan membelah secara tidak terkendali. Pada kondisi normal, sel payudara memiliki siklus hidup yang teratur: sel lama akan mati dan digantikan oleh sel baru sesuai kebutuhan tubuh. Namun pada kanker payudara, perubahan DNA menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan kemampuan mengatur diri, sehingga terus berkembang biak, menumpuk, dan membentuk massa abnormal yang disebut tumor. Meskipun tidak semua tumor bersifat ganas, kanker payudara termasuk tumor ganas karena dapat menyerang jaringan sehat di sekitarnya dan memiliki kemampuan menyebar ke bagian tubuh lain (metastasis), misalnya ke kelenjar getah bening, tulang, paru-paru, atau hati. Penyakit ini dapat muncul pada berbagai bagian payudara, seperti saluran pengangkut susu (duktus) atau kelenjar pembuat susu (lobulus). Kanker payudara dipengaruhi oleh kombinasi faktor, termasuk genetika, hormon, pola hidup, dan lingkungan. Namun pada banyak kasus, kanker muncul tanpa penyebab yang pasti. Deteksi dini sangat penting karena semakin cepat kanker ditemukan, semakin besar peluang keberhasilan pengobatan. Dengan berbagai faktor tertentu yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa Kanker Payudara memiliki bermacam-macam jenis, Kanker Payudara di kelompokan menjadi 2 kelompok besar, Invasif dan non-invasif (in-situ). Kanker Payudara invasif: Karsinoma Duktal Invasif (KDI): Ini adalah jenis kanker payudara invasif yang paling umum, mencapai sekitar 80% dari semua kasus. Karsinoma Lobular Invasif (KLI): Merupakan jenis kanker payudara invasif kedua yang paling umum, mencakup sekitar 10% kasus. Kanker Payudara Inflamasi (KPI): Jenis yang langka dan agresif. Kanker Payudara Triple-Negatif (TNBC): Bentuk kanker invasif lain yang juga agresif. Jenis-jenis lain: Ada juga jenis lain yang lebih jarang, seperti karsinoma meduler dan karsinoma mucinous. Kanker Payudara in-Situ: Karsinoma Duktal In Situ (DCIS): Sel abnormal berada di dalam saluran susu (duktus) dan belum menyebar. Ini adalah jenis yang paling umum dan dianggap sebagai kanker stadium 0. Karsinoma Lobular In Situ (LCIS): Sel abnormal berada di dalam lobulus (kelenjar penghasil susu). LCIS secara teknis bukan kanker, melainkan penanda yang sangat kuat akan peningkatan risiko terkena kanker payudara invasif di masa depan. Penyakit Paget pada Puting (Paget’s Disease of the Nipple): Ini adalah bentuk kanker yang jarang terjadi yang memengaruhi kulit puting dan areola (area gelap di sekitar puting). Karakteristik: Kanker ini sering kali bermanifestasi sebagai ruam merah, bersisik, gatal, atau lesi seperti eksim pada puting. Status In Situ: Penyakit Paget hampir selalu terkait dengan adanya DCIS yang mendasarinya di dalam payudara, meskipun bisa juga terkait dengan kanker invasif. Ketika sel kanker hanya ada di lapisan epidermis puting dan belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam, kondisinya adalah in situ. Pengobatan: Pengobatannya sering melibatkan pembedahan (mastektomi atau operasi penghematan puting) untuk mengangkat semua sel abnormal. Itu semua adalah jenis kanker yang saat ini sudah di temukan, apakah nantinya akan bertambah lagi seiring waktu, kita tidak tahu. Perbedaan kategori antara invasif dan insitu terletak pada cara penyebarannya, Kanker insitu mengacu pada p sel abnormal atau sel kanker yang sepenuhnya terkandung di dalam struktur tempat mereka berasal, biasanya saluran susu (duktus) atau kelenjar susu (lobulus) payudara, sedangkan Kanker invasif adalah kanker “sejati” yang telah berkembang melampaui tempat asalnya dan menyebar kesekitar bagian kanker. Jenis Kanker payudara Dengan banyaknya jenis-jenis dari kanker payudara, menandakan bahwa faktor resiko atau penyebab yang meningkatkan kemungkinannya juga sama banyaknya: Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 secara signifikan meningkatkan risiko kanker payudara karena gen-gen ini berfungsi memperbaiki kerusakan DNA, dan mutasinya mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Wanita dengan mutasi ini memiliki risiko kanker payudara lebih tinggi hingga 65% (BRCA1) atau 45% (BRCA2) seumur hidup, dibandingkan rata-rata wanita non-mutasi (sekitar 8%). Selain payudara, mutasi BRCA juga meningkatkan risiko kanker lain, seperti ovarium, prostat, dan pankreas. Riwayat keluarga merupakan faktor risiko utama kanker payudara karena adanya pewarisan genetik, terutama mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 dari orang tua. Risiko meningkat jika ada kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) atau bahkan kerabat dari pihak ayah yang terkena kanker payudara, terutama jika diagnosis terjadi pada usia muda atau ada riwayat kanker lain seperti ovarium, pankreas, atau prostat. Faktor risiko kanker payudara terkait usia meliputi peningkatan risiko seiring bertambahnya usia, di mana sebagian besar kasus didiagnosis pada wanita berusia di atas 50 tahun. Usia saat menstruasi pertama (terlalu dini) dan usia saat menopause (terlalu lambat) juga menjadi faktor risiko. Selain itu, usia yang lebih tua saat melahirkan anak pertama juga meningkatkan risiko. Faktor risiko perubahan hormon pada kanker payudara meliputi paparan hormon estrogen dan progesteron yang lama atau tinggi akibat menstruasi dini, menopause terlambat, tidak pernah melahirkan atau melahirkan di usia tua, penggunaan terapi hormon, dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Kadar prolaktin yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan risiko. Faktor risiko gaya hidup pada kanker payudara meliputi konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, pola makan tidak seimbang (tinggi lemak jenuh), kebiasaan merokok, dan obesitas, terutama setelah menopause. Stres juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.Gaya hidup yang meningkatkan risiko Konsumsi alkohol: Minum alkohol, bahkan dalam jumlah sedang, dapat meningkatkan kadar estrogen dan risiko kanker payudara. Kurangnya aktivitas fisik: Gaya hidup sedenter atau tidak aktif secara fisik meningkatkan risiko kanker payudara secara signifikan. Pola makan tidak sehat: Diet tinggi lemak jenuh dan rendah serat, buah, serta sayuran dapat meningkatkan risiko. Merokok: Kebiasaan merokok secara signifikan meningkatkan risiko kanker payudara, terutama pada wanita pramenopause. Obesitas: Kelebihan berat badan, khususnya setelah menopause, dapat meningkatkan kadar estrogen yang memicu pertumbuhan tumor. Stres: Stres kronis juga merupakan faktor risiko yang signifikan. itu semua adalah beberapa dari sekian banyaknya faktor risiko kanker payudara, namun harus diketahui bahwa risiko-risiko yang diketahui di atas, bukanlah penyebab utama kanker payudara, dikarenakan hinga saat ini banyak di temukan berbagai macam kanker tanpa penyebab yang pasti. Ciri Kanker Payudara Ciri-ciri kanker payudara meliputi adanya benjolan di payudara atau ketiak, perubahan bentuk, ukuran, atau tekstur payudara, dan perubahan pada kulit seperti kemerahan, penebalan, atau lesung (seperti kulit jeruk). Gejala lainnya adalah keluarnya cairan dari puting (terutama yang bercampur darah), puting yang tertarik ke dalam (retraksi), serta rasa sakit dan pembengkakan pada payudara. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala ini. Ciri-ciri umum Benjolan: Adanya benjolan yang teraba keras dan tidak bisa digerakkan di payudara atau ketiak. Perubahan bentuk dan ukuran: Perubahan yang tidak biasa pada bentuk, ukuran, atau kontur payudara. Perubahan kulit: Kulit payudara menjadi kemerahan, menebal, berkerut seperti kulit jeruk, atau muncul luka. Puting tertarik

Kanker Payudara, Mengenali dan Memahami Bahaya Tersembunyi Read More »

Kanker Paling Umum di Indonesia: Risiko & Skrining

Menurut data WHO GLOBOCAN 2022, kasus kanker di Indonesia mencapai ratusan ribu per tahun. Lima jenis kanker terbanyak (gabungan laki-laki/wanita) adalah kanker payudara, paru, serviks, kolorektal, dan hati Kanker payudara adalah yang paling umum (≈65 ribu kasus baru per tahun). Kanker serviks menduduki urutan berikutnya (≈36 ribu kasus) dan hampir selalu terkait infeksi HPV: tindakan pencegahan utamanya adalah vaksinasi HPV dan deteksi dini dengan pap smear atau tes HPV. Kanker paru (≈25 ribu kasus) paling banyak pada pria; faktor risikonya terutama merokok aktif maupun pasif. Kanker kolorektal (>34 ribu kasus) dan kanker hati juga umum terjadi. Faktor risiko yang perlu diwaspadai antara lain merokok, paparan polusi, infeksi kronis (seperti virus HPV untuk serviks, HBV/HCV untuk hati), riwayat keluarga, obesitas, pola makan tinggi lemak, dan usia lanjut. Deteksi dini sangat penting: misalnya, kanker payudara stadium awal memiliki angka kesembuhan 90%, jauh lebih tinggi daripada bila sudah menyebar. Cara skrining: Payudara: SADARI (periksa payudara sendiri) setiap bulan dan mamografi rutin bagi wanita usia 40+ untuk menemukan benjolan yang tidak teraba. Serviks: Pap smear atau tes HPV tiap 3-5 tahun untuk wanita 21–65 tahun; vaksinasi HPV sejak remaja. Kolorektal: Uji darah samar tinja atau kolonoskopi pada usia di atas 50 tahun. Lainnya: Waspadai gejala seperti batuk berkepanjangan (kanker paru), pendarahan mencurigakan (dari dubur atau vagina), benjolan di perut atau payudara. Secara keseluruhan, gaya hidup sehat (tidak merokok, aktif bergerak, makan seimbang) dan skrining teratur sesuai anjuran dokter adalah kunci mencegah dan mendeteksi kanker lebih awal di Indonesia. Sumber: UGM (GLOBOCAN) Generali Indonesia

Kanker Paling Umum di Indonesia: Risiko & Skrining Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top