Kesehatan Anak

Kesehatan Anak, Tes Tumbuh Kembang yang Disarankan dalam MCU Anak

Medical check-up (MCU) anak perlu disesuaikan dengan usia. Penting sekali memantau tumbuh kembang sejak dini. Menurut standar rumah sakit anak terkemuka, beberapa pemeriksaan berikut sebaiknya dilakukan saat MCU: Pemeriksaan Fisik dan Antropometri: Menilai berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, serta grafik pertumbuhan. Ini untuk memastikan anak tumbuh sesuai kurva usianya. Pemeriksaan Tumbuh Kembang oleh Dokter Anak: Dokter akan mengecek milestones perkembangan (motorik, bicara, sosial). Deteksi dini hambatan seperti autisme atau keterlambatan bicara penting dilakukan. Pemeriksaan Mata dan Pendengaran: Anak usia 5–6 tahun atau lebih harus dites penglihatan (visus) dan buta warna, serta uji pendengaran (audiometri). Gangguan kecil pun dapat memengaruhi belajar di sekolah. Laboratorium: Tes darah lengkap (termasuk golongan darah) dan urin lengkap. Tes darah berguna mendeteksi anemia, infeksi, atau penyakit metabolik terselubung. Sedangkan urinalisis bisa mengungkap masalah ginjal atau diabetes ringan secara tak terduga. Paket MCU anak sering mencakup audiometri dan pemeriksaan tumbuh kembang seperti yang ditawarkan RSPIK: audiometri, urin lengkap, darah lengkap, serta pemeriksaan mata dan gigi. Selain itu, vaksinasi rutin harus selalu diperbarui sesuai jadwal agar kekebalan tubuh optimal. Menjaga asupan gizi (termasuk vitamin D dan zat besi) juga ditekankan dokter agar tumbuh kembang anak tidak terhambat. Kata dokter anak, semakin awal kelainan kecil terdeteksi (misalnya gangguan pendengaran ringan atau anemia latensius), tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih cepat. MCU teratur pada anak usia sekolah (misalnya setiap tahun) adalah kunci agar segala masalah kesehatan dapat diketahui dan ditangani segera, sebelum memengaruhi perkembangan mereka. Sumber: RS Pantai Indah Kapuk – [pikhospital.co.id]

Kesehatan Anak, Tes Tumbuh Kembang yang Disarankan dalam MCU Anak Read More »

Kesehatan Mental Remaja: Cara Mendukungnya melalui Sekolah & Keluarga

Masa remaja rentan terhadap stres dan perubahan emosional. Menurut Alodokter, dukungan keluarga dan sekolah krusial untuk mencegah gangguan mental pada remaja. Komunikasi terbuka adalah kuncinya: tanyakan perasaan mereka, dengarkan tanpa menghakimi, dan beri ruang agar mereka merasa dihargai. Dukungan sosial (luangkan waktu, menemani bicara) membuat remaja merasa tidak sendirian menghadapi masalah. Beberapa langkah praktis: Berkolaborasi dengan Anak: Tanyakan kegiatan dan hari-harinya di sekolah tanpa memaksa. Nyatakan bahwa orang tua siap mendengarkan apa saja yang dirasakan. Dukung Aktivitas Positif: Ajak remaja aktif berolahraga, seni, atau organisasi. Kegiatan ini dapat menyalurkan stres dan membangun kepercayaan diri. Ajarkan Manajemen Stres: Perkenalkan teknik pernapasan dalam, meditasi, atau menulis jurnal sebagai cara mengatasi kecemasan. Kebiasaan Sehat: Batasi penggunaan gadget di malam hari dan dorong tidur cukup. Pola hidup sehat (olahraga teratur, nutrisi seimbang) ikut mempengaruhi suasana hati. Dukungan Sekolah: Sekolah perlu menyediakan ruang konsultasi dengan konselor dan mengajarkan siswa mengenali gejala stres. Lingkungan sekolah yang suportif membuat remaja lebih nyaman mencari bantuan. Menurut UNICEF, empat cara penting mendukung remaja adalah: mendorong mereka mengungkapkan perasaan, hadir dan mendampingi setiap hari, menyelesaikan konflik dengan kepala dingin, dan orang tua menjaga kesehatan diri sendiri agar bisa menjadi teladan. Dengan komunikasi yang hangat dan dukungan holistik dari keluarga serta sekolah, kita dapat mencegah remaja terjebak masalah mental serius. Sumber: Alodokter UNICEF Indonesia

Kesehatan Mental Remaja: Cara Mendukungnya melalui Sekolah & Keluarga Read More »

Dampak Polusi Udara terhadap Sistem Pernapasan Anak dan Cara Melindunginya

Polusi udara dapat mengancam kesehatan anak-anak. Menurut WHO, setiap hari sekitar 93% anak di dunia menghirup udara berpolusi hingga mengganggu kesehatan dan perkembangan mereka. Paru-paru anak yang masih berkembang membuat mereka rentan terhadap infeksi pernapasan seperti ISPA dan pneumonia. Dokter spesialis anak dr. Citra Amelinda bahkan menyebut bahwa polusi memicu penyakit pernapasan seperti asma dan pneumonia pada anak-anak. Untuk melindungi Si Kecil, orang tua dapat mengambil langkah sederhana seperti: Menjaga ventilasi rumah tetap baik dan menghindari pembakaran sampah di dalam rumah. Menjauhkan anak dari asap rokok dan sumber asap lainnya (misalnya kompor gas, pembakaran limbah). Memasang penyaring udara (air purifier) ber-HEPA filter atau sekadar membuka jendela saat kualitas udara membaik. Mengajarkan anak memakai masker (minimal KF94/KN95) di luar ruangan berpolusi. Pastikan imunisasi lengkap dan cuci tangan rutin untuk mencegah infeksi sekunder. Dengan langkah-langkah ini, risiko gangguan pernapasan bisa ditekan. Bila anak tetap mengalami gejala seperti batuk kronis atau sesak napas, jangan tunda memeriksakan diri ke dokter spesialis anak. Perlindungan dini sangat penting agar paru-paru mereka tumbuh sehat. Sumber: WHO Alodokter Nafas Waktu

Dampak Polusi Udara terhadap Sistem Pernapasan Anak dan Cara Melindunginya Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top