Pola makan berbasis tumbuhan semakin digemari. Studi menunjukkan diet nabati seperti vegetarian/vegan bisa menurunkan berat badan, kadar kolesterol, risiko diabetes tipe 2, dan tekanan darah. Selain itu, kandungan sayur dan buah kaya serat, vitamin, dan antioksidan berperan anti-inflamasi dan anti-karsinogenik. Hasil penelitian Eropa menemukan diet vegetarian menurunkan risiko kanker hingga 15% dibandingkan pemakan daging. Secara keseluruhan, diet nabati baik bagi kesehatan jantung dan ginjal, serta meningkatkan kontrol gula darah dan sirkulasi.
Namun pola nabati juga menuntut perencanaan cermat. Risiko kekurangan gizi perlu diwaspadai. Ahli gizi menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan vitamin B12 (tidak ada secara alami dalam nabati) melalui makanan fortifikasi atau suplemen. Vegetarian/vegan juga berisiko kurang zat besi, seng (zinc), omega-3, vitamin B6 dan niasin jika tidak memilih sumber makanan yang tepat. Sebagai contoh, kekurangan B12 bisa menyebabkan kelelahan dan gangguan saraf, sehingga konsumsi sereal atau susu nabati difortifikasi B12 sangat dianjurkan.
Poin pentingnya, baik diet vegetarian maupun vegan bisa sehat asalkan “diberi banyak sayur, buah, biji-bijian, dan protein nabati” serta dibarengi suplemen jika perlu. Hindari juga menggantikan daging dengan makanan olahan bergula atau berlemak tinggi. Secara keseluruhan, pola nabati memerlukan kesadaran nutrisi: jika dikelola baik, hasilnya positif bagi tubuh; bila asal-asalan, risiko defisiensi tetap ada.
Sumber: