Gangguan Hati Fatty Liver: Cara Deteksi Dini & Pencegahannya

Fatty Liver (hati berlemak) sering kali disebut penyakit “silent” karena gejalanya baru muncul setelah kondisi semakin serius. Menurut Alodokter, perlemakan hati dapat berkembang menjadi peradangan (steatohepatitis) hingga sirosis jika tidak ditangani. Bahkan, Cleveland Clinic menyebut obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik (tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi) turut menaikkan risiko kondisi ini. Untuk mencegah hal ini, deteksi dini menjadi kunci.

Pemeriksaan medis rutin membantu mendeteksi fatty liver lebih awal. RS Pondok Indah menyebutkan hasil tes darah fungsi hati (kadar SGOT/SGPT) yang tinggi atau pemeriksaan USG abdomen dapat mengindikasikan penumpukan lemak di hati. Gejala ringan seperti kelelahan berlebihan atau rasa tidak nyaman di perut kanan atas juga perlu diwaspadai. Menurut RS Pondok Indah, rutin memeriksa kesehatan dapat membantu deteksi dini masalah hati sebelum berkembang lebih lanjut.

Berdasarkan rekomendasi medis, beberapa langkah pencegahan fatty liver meliputi:

  • Turunkan berat badan secara bertahap (sekitar 7–10% berat badan) untuk mengurangi lemak di hati.

  • Makan makanan sehat rendah lemak jenuh (banyak sayur, buah, biji-bijian utuh, protein tanpa lemak) untuk mendukung fungsi hati.

  • Olahraga rutin minimal 150 menit/minggu (misalnya jalan kaki, bersepeda) untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan kebugaran tubuh.

  • Hindari alkohol, karena alkohol dapat memperparah penumpukan lemak di hati.

  • Kontrol gula darah & kolesterol, terutama jika menderita diabetes atau kolesterol tinggi, agar risiko kerusakan hati lebih rendah.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut dan konsultasi ke dokter secara rutin, kondisi fatty liver dapat dikendalikan sebelum menjadi komplikasi serius. Jangan tunda konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam jika ada keluhan hati; penanganan cepat dapat membantu mencegah kebutuhan transplantasi hati.

Sumber:

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top