Kesehatan gigi yang buruk ternyata bisa berkaitan dengan risiko kanker tertentu. Sebagai contoh, Dr. Vijay V. Haribhakti – ahli onkologi dari Ahmedabad – menyebut kondisi gigi atau gusi yang “buruk” dapat menimbulkan kanker gusi dan rahang. Artinya, infeksi yang tidak sembuh di rongga mulut perlu diwaspadai. Tahi lalat atau luka pada mulut yang terus berdarah atau berubah ukuran sebaiknya tidak diabaikan. Menurut Antara News, saat ada benjolan atau luka berwarna merah-abu pada gusi yang tidak kunjung pulih, segera periksakan ke dokter.
Penelitian internasional juga mulai menemukan pola serupa. Misalnya, sebagai dilansir HonestDocs, sebuah studi dalam Cancer Epidemiology menunjukkan wanita pascamenopause dengan penyakit gusi kronis memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Meski penelitiannya masih terus dilanjutkan, kaitan ini patut diwaspadai: radikal bebas dan bakteri dari infeksi gusi dapat memicu mutasi sel yang memicu kanker.
Karenanya, ahli kesehatan mulut menyarankan rutinitas menjaga kebersihan mulut sebagai pencegahan awal. Perawatan gigi dan gusi secara rutin (menyikat dua kali sehari, flossing, serta kontrol ke dokter gigi tiap 6 bulan) membantu mencegah peradangan kronis. Menurut dokter gigi, tindakan cepat untuk mengatasi abses atau noda hitam di gusi bisa menghindari komplikasi yang lebih serius. Dengan kata lain, menjaga kesehatan gigi bukan hanya demi senyum cantik, tapi juga pencegahan penyakit kanker tertentu.
Sumber:
- ANTARA News [antaranews.com]
- honeatdocs [honestdocs.id]