Depresi bukan hanya masalah suasana hati – kondisi ini juga dapat berdampak buruk pada sistem imun. Saat seseorang mengalami depresi kronis, kadar hormon stres seperti kortisol meningkat dan memicu proses peradangan. Menurut American Psychological Association, penelitian panjang 10 tahun menunjukkan depresi dapat meningkatkan kadar kortisol dan melemahkan sistem kekebalan tubuh secara signifikan. Hasil riset di Ohio State University juga menemukan orang dengan depresi berat memiliki kadar interleukin-6 (IL-6, sitokin peradangan) lebih tinggi, yang membuat tubuh lebih rentan infeksi.
Dikutip dari psikolog Janice Kiecolt-Glaser, PhD, depresi memicu “hormon stres” terus bekerja sehingga memicu respons kekebalan tubuh yang tidak seimbang. Kondisi stres berkepanjangan akibat depresi ini juga terlihat mempengaruhi sel-sel darah putih dalam melawan kuman. Hasil tinjauan IDN Times bahkan menyebut “stres kronis melemahkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kadar limfosit”
, yang artinya kekebalan menjadi kurang optimal. Sementara itu, mitra Harvard Redoxon menjelaskan bahwa stres psikologis kronis dapat menaikkan produksi kortisol berlebih, akhirnya membuat sistem imun jadi rentan terhadap penyakit.
Dalam praktik sehari-hari, gejala depresi seperti kecemasan, gangguan tidur, dan isolasi sosial dapat memperparah penurunan imunitas. Sebaliknya, menjaga kesehatan mental justru membantu tubuh lebih tangguh. Menurut dr. Reza, psikolog klinis, terapi dan dukungan sosial dapat membantu meredakan stres berlebihan dan mendukung produksi antibodi normal. Meski tidak ada obat ajaib, gaya hidup sehat (istirahat cukup, olahraga ringan, dan pola makan bergizi) terbukti membantu meredakan gejala depresi dan menyeimbangkan hormon stres. Jadi, siapa sangka menjaga kesehatan jiwa juga menjaga pertahanan tubuh!
Sumber:
- Kilk Dokter [klikdokter.com]
- IDNTIMES [idntimes.com]
- Redoxon [redoxon.co.id]