Sindrom metabolik adalah satu paket gangguan kesehatan yang sering terjadi bersamaan. Jika seseorang mengalami obesitas pinggang, kadar gula darah tinggi, kolesterol tidak normal, dan tekanan darah tinggi, kondisi ini disebut sindrom metabolik. Menurut dr. Nanang Soebijanto, Sp.PD dari RS Pondok Indah, sindrom ini didefinisikan oleh sekurang-kurangnya tiga dari empat kelainan metabolik tersebut. Orang dengan sindrom metabolik punya risiko jantung koroner dan stroke hingga 3 kali lebih besar, serta risiko diabetes tipe 2 sekitar 5 kali lebih tinggi dibanding orang sehat.
Sebagian besar faktor penyebab bersumber dari gaya hidup: pola makan tinggi gula, lemak tidak sehat, dan kurang bergerak. Kadar insulin yang terus tinggi bisa memicu peningkatan lemak pinggang dan kolesterol LDL, sementara HDL (kolesterol baik) biasanya menurun. Berdasarkan Alodokter, orang dengan sindrom metabolik dianjurkan mengubah gaya hidup segera. Dokter menyarankan diet sehat tinggi serat (sayuran, buah-buahan), rutin olahraga, serta mengontrol berat badan. Berhenti merokok dan mengurangi stres juga penting.
Secara klinis, dokter akan mengecek tekanan darah, gula puasa, serta profil lipid (HDL, LDL, trigliserida) secara berkala. Bila ketiga atau lebih indikator negatif terlihat, diagnosis sindrom metabolik dapat ditegakkan. Menurut dokter Endokrinologi, deteksi dini sangat dianjurkan karena komplikasi kardiometabolik bisa dicegah lewat intervensi cepat. Sebagai catatan, gangguan ini sering disebut silent killer karena gejalanya samar. Hanya dengan pemeriksaan berkala – misalnya saat medical check-up – kondisi awal sudah bisa diketahui dan ditangani.
Sumber:
- RS Pondok Indah [rspondokindah.co.id]
- Alodekter [alodokter.com]