Iklim

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India

Ternyata cuaca panas tak cuma memukul fisik, tapi juga jiwa. Sebuah penelitian terbaru dari India menyoroti efek suhu ekstrem dan kelembapan terhadap kesehatan mental. Peneliti menggabungkan data survei WHO-SAGE dengan pengukuran wet-bulb temperature (kombinasi suhu dan kelembapan) di berbagai daerah. Hasilnya mengejutkan: gelombang panas parah terbukti meningkatkan risiko depresi, meski pengaruhnya pada kecemasan tidak signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi suhu lembap saat gelombang panas, semakin besar kemungkinan orang mengalami gejala depresi. Hal ini bermakna. Indonesia dan Asia Tengah (mirip iklim India) menghadapi kelembapan tinggi selama panas terik. Sebagaimana diungkap Kompas, kelembapan tinggi membuat keringat sulit menguap, sehingga tubuh kesulitan mendingin. Kondisi ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga bisa membebani emosi. Studi India tersebut menunjukkan program kesehatan jiwa komunitas (District Mental Health Program) bisa melindungi orang dari dampak stres panas. WHO juga mengingatkan pentingnya mengantisipasi beban mental akibat krisis iklim. Perubahan iklim memperburuk banyak faktor risiko sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan jiwa di Asia Tenggara. Pelajaran dari penelitian India dan arahan WHO: saat menghadapi musim panas ekstrem, kita harus peduli tidak hanya dengan pencegahan heatstroke, tapi juga dukungan psikososial. Misalnya, daerah rawan panas bisa meningkatkan layanan konseling, menerapkan jam istirahat siang, serta mengajak masyarakat sadar menjaga kesehatan jiwa (cukup tidur, beraktivitas di tempat sejuk, tetap terhubung sosial). Dengan memerhatikan suhu dan kelembapan, kita bisa lebih baik memproteksi bukan hanya tubuh, tetapi juga kesehatan mental dalam menghadapi iklim yang makin panas. Sumber: arXiv “Beyond the heat: The mental health toll of temperature and humidity in India” Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Ancam Kesehatan dan Keselamatan, Bagaimana Tubuh Beradaptasi?”

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India Read More »

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita

Awal 2024 Asia Tenggara dilanda gelombang panas ekstrem. Sekolah ditutup, warga diperingatkan bahaya heatstroke, dan suhu udara mencetak rekor. Misalnya, pada April 2024 Manila menyentuh 47°C dan Bangkok 40,1°C (dengan indeks panas mencapai 52°C). Thailand melaporkan 30 orang meninggal karena serangan panas tahun itu, dan Myanmar mencatat ratusan kematian terkait suhu ekstrem. Fenomena El Niño memperparah keadaan ini. Tak kalah penting, kelembapan tinggi di wilayah tropis membuat panas terasa lebih menekan: keringat sulit menguap sehingga tubuh susah menurunkan suhu. WHO mencatat sekitar 489.000 kematian akibat suhu ekstrem per tahun (2000–2019), 45% di antaranya terjadi di Asia. Panas ekstrem memperburuk penyakit jantung, pernapasan, ginjal, dan meningkatkan kematian usia lanjut. WHO juga mengingatkan bahwa meski status darurat global dicabut, ancaman varian baru tetap ada – artinya kewaspadaan harus terus dijaga. Di Indonesia, BMKG memperingatkan beberapa daerah sudah mendekati suhu 38–39°C di musim kemarau 2025. Wilayah selatan ekuator seperti Jawa, Nusa Tenggara, dan Kalimantan rentan panas ekstrem karena tanah menyerap suhu lebih tinggi. Kelompok rentan (lansia, anak-anak, pekerja luar ruangan, penderita penyakit kronis) perlu ekstra hati-hati. Gelombang panas adalah “pembunuh senyap” yang kerap tidak dilaporkan. Bahayanya tak hanya terasa secara fisik, tapi juga bisa memicu stres kronis dan depresi pada beberapa orang. Oleh karena itu, meski matahari terik atau kelembapan tinggi, pastikan kita rutin minum, beristirahat cukup, dan pantau informasi cuaca terbaru – bukan hanya demi kenyamanan, tapi juga kesehatan jiwa kita. Sumber: Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia Tenggara“ Detik Health “Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem”

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top