Kesehatan Umum

4 Minuman Tradisional untuk Jaga Imunitas Tubuh

Di Indonesia, banyak sekali minuman tradisional berbahan rempah yang diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Menurut Alodokter, salah satu manfaat utama minuman tradisional adalah meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa contoh minuman yang populer di masyarakat antara lain: Wedang Jahe: Minuman jahe hangat ini kaya gingerol dan vitamin C. Alodokter menyebutkan bahwa kandungan vitamin C dalam jahe bersifat antioksidan, mampu memperkuat sistem imun dan melindungi sel tubuh. Konsumsi wedang jahe secara teratur dapat membantu tubuh melawan infeksi. Jamu Kunyit Asam: Perpaduan kunyit dan asam jawa ini banyak dikonsumsi saat musim hujan. Alodokter menjelaskan bahwa jamu kunyit asam dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena asam jawa membantu produksi antibodi dalam sistem imun. Kurkumin pada kunyit juga bersifat antiperadangan yang membantu menjaga kesehatan pencernaan. Teh Serai (Wedang Serai): Aromaterapi alami dari daun serai membantu relaksasi dan kekebalan tubuh. Hello Sehat mengungkapkan serai dikenal sebagai obat alami yang “meningkatkan kekebalan tubuh” sekaligus menenangkan pikiran, sehingga dapat membantu tidur lebih nyenyak. Bandrek: Minuman tradisional Jawa Barat ini berbahan jahe, gula aren, dan rempah lain. Alodokter menyebut jahe dalam bandrek dapat “meningkatkan imunitas tubuh” sekaligus meredakan peradangan dan gejala flu ringan. Dengan rutin mengonsumsi minuman-rempah di atas sekaligus menjaga pola hidup sehat (olahraga teratur dan istirahat cukup), kekebalan tubuh akan lebih optimal. Sumber: Liputan6 (8 Resep Minuman Tradisional untuk Jaga Kekebalan Tubuh) Alodokter (Minuman Tradisional Indonesia dan Manfaatnya untuk Tubuh) HelloSehat (6 Manfaat Teh Serai, Herbal yang Bantu Cegah Penyakit)

4 Minuman Tradisional untuk Jaga Imunitas Tubuh Read More »

Berjalan Kaki 10.000 Langkah: Apakah Benar Baik untuk Semua?

Target 10.000 langkah per hari populer sebagai ukuran hidup aktif. Namun, apakah angka itu cocok untuk semua? Menurut Mayo Clinic, umumnya berjalan 10.000 langkah (sekitar 8 km) adalah target bagus untuk kesehatan jantung dan metabolisme. Namun, kebutuhan tiap orang berbeda: Manfaat 10.000 Langkah. Bagi banyak orang, 10.000 langkah membantu membakar kalori ekstra, menjaga berat badan, dan melatih daya tahan. Penelitian menunjukkan berjalan rutin memperkuat jantung, melancarkan sirkulasi, serta dapat menurunkan risiko penyakit kronis. Jadi, umumnya baik untuk orang dewasa yang sehat. Perbedaan Usia dan Kondisi. Bagi lansia atau yang baru pemula, mulai dengan target lebih rendah (misalnya 5.000 langkah) lebih realistis. Angka 10.000 boleh jadi terlalu tinggi jika ada masalah sendi atau kondisi medis. Seorang dokter atau fisioterapis mungkin merekomendasikan target yang lebih rendah dan bertahap naik. Waktu dan Intensitas. Poin penting bukan hanya jumlah langkah, tapi juga intensitas. Misalnya jalan cepat atau naik turun tangga memberikan manfaat kardiovaskular lebih besar daripada jalan santai. Mayo Clinic menggarisbawahi bahwa aktivitas fisik moderat (seperti jalan cepat 150 menit per minggu) sudah cukup bagi banyak orang. 10.000 langkah bisa dicapai dengan menyebarnya dalam sehari, tanpa harus terburu-buru. Fleksibilitas Tujuan. Jika berat badan atau stamina sudah baik, 10.000 langkah dapat dipertahankan untuk menjaga kebugaran. Namun, jangan berkecil hati jika di bawah angka itu. Kamu tetap memperoleh manfaat dengan berjalan 7.000–8.000 langkah jika konsisten. Intinya, berjalan 10.000 langkah sehari aman dan menyehatkan bagi kebanyakan orang dewasa. Tapi, sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Yang terpenting, bergerak lebih banyak dari biasanya sudah lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali! Sumber: Mayo Clinic

Berjalan Kaki 10.000 Langkah: Apakah Benar Baik untuk Semua? Read More »

Smoothie Superfood: Resep Sehat untuk Sarapan Kilat

Smoothie yang menggabungkan superfood bisa menjadi sarapan sehat dan cepat saji. Menurut CDC, sarapan yang kaya nutrisi membantu memulai hari dengan energi. Berikut resep mudah membuat smoothie superfood: Bahan-bahan: 1 pisang matang, segenggam bayam atau kale, ½ mangga beku (atau buah beri beku), 1 sendok makan biji chia atau biji rami, 200 ml susu almond atau susu rendah lemak, 1 sendok teh madu (opsional). Cara membuat: Blender semua bahan hingga halus. Buah beku dan sayuran hijau memberikan serat, vitamin, dan antioksidan. Biji chia menambah kandungan omega-3 dan serat larut. Kalau suka rasa manis, tambahkan madu atau buah kering. Smoothie ini superfood karena mengandung banyak nutrisi penting: Pisang sebagai sumber potasium dan karbohidrat kompleks memberi energi. Bayam/Kale kaya vitamin A, C, K, dan zat besi. Mangga/Beri beku menyediakan antioksidan dan serat. Biji chia/rami menambah asam lemak omega-3 dan protein nabati. Menurut panduan nutrisi, sarapan bergizi seperti ini dapat membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah makan berlebih di siang hari. Selain enak diminum, smoothie ini mudah dibawa saat sibuk pagi. Kombinasi superfood dalam satu gelas membuat sarapanmu lebih bergizi. Selamat mencoba sarapan sehat! Sumber: CDC

Smoothie Superfood: Resep Sehat untuk Sarapan Kilat Read More »

Manfaat Pijat Refleksi untuk Meredakan Nyeri Otot

Pijat refleksi adalah pijat kaki atau tangan yang menstimulasi titik-titik tertentu untuk mempengaruhi bagian tubuh lain. Beberapa penelitian menunjukkan pijat refleksi dapat membantu meredakan nyeri otot. Menurut Healthline, pijat refleksi membantu meningkatkan aliran darah dan menurunkan ketegangan otot. Berikut manfaatnya: Meredakan nyeri dan ketegangan otot. Pijat refleksi menekan titik-titik spesifik yang dipercaya terhubung saraf ke organ dan otot. Menurut sebuah penelitian, metode ini dapat mengurangi rasa nyeri dan membuat otot terasa lebih rileks. Meningkatkan sirkulasi. Gerakan pijat di telapak kaki atau tangan membantu meningkatkan peredaran darah ke otot-otot tubuh. Aliran darah yang lancar berarti lebih banyak oksigen dan nutrisi sampai ke otot, mempercepat pemulihan setelah pegal-pegal. Mengurangi stres. Pijat refleksi juga menenangkan sistem saraf. Banyak orang merasa lebih rileks dan bebas stres setelah sesi pijat refleksi, sehingga otot yang tegang karena stres pun ikut mengendur. Meningkatkan kualitas tidur. Rasa nyaman setelah pijat refleksi dapat membantu tidur lebih nyenyak, sehingga saat bangun otot terasa lebih segar. Ini sejalan dengan saran relaksasi sebelum tidur yang bermanfaat. Mempraktikkan pijat refleksi sendiri di rumah cukup mudah menggunakan minyak urut ringan. Anda bisa memijat pelan telapak kaki dengan jempol atau bola refleksi. Jika ada keluhan otot tertentu, fokuskan pijatan di area tersebut. Walau bukan pengganti perawatan medis, banyak orang melaporkan merasa terbantu dengan pijat refleksi dalam meredakan pegal-pegal. Selamat mencoba merasakan manfaatnya! Sumber: Healthline

Manfaat Pijat Refleksi untuk Meredakan Nyeri Otot Read More »

Setelah Perjanjian Pandemi WHO, Implikasi untuk Sistem Kesehatan Indonesia

Pada Mei 2025, WHO berhasil mengesahkan Perjanjian Pandemi di Sidang WHA ke-78. Instrumen global ini dibuat untuk memperkuat kerjasama internasional pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Inti kesepakatannya mencakup akses vaksin, obat, dan diagnostik yang adil serta penguatan kapasitas penelitian, produksi, dan tenaga kesehatan. Indonesia menyambut baik hasil ini sebagai warisan presidensi G20 2022, di mana Indonesia ikut menginisiasi Dana Pandemi dan mendorong kesetaraan akses obat/vaksin. Kemenkes RI menyatakan Perjanjian Pandemi akan melengkapi Amandemen IHR 2024 untuk memperkuat arsitektur global kesehatan. Dokumen 35 pasal itu memasukkan komitmen nasional seperti kedaulatan, pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi, peningkatan SDM kesehatan, R&D, transfer teknologi, dan diversifikasi produksi alat kesehatan. Khususnya, sistem “Pathogen Access and Benefit Sharing” (PABS) yang digaungkan Indonesia akan memastikan keadilan dan transparansi akses sampel virus dan teknologi terkait. Di tataran nasional, perjanjian ini mendorong Indonesia memperkuat sistem kesehatan kita. Delegasi RI menegaskan pentingnya equity dan akses setara, serta menyatakan perjanjian ini bisa memperkuat sistem kesehatan di tingkat nasional melalui peningkatan kapasitas mitigasi dan respons pandemi. Perlu diingat, perjanjian tidak mengurangi kedaulatan negara: WHO tak diberi wewenang memaksa kebijakan domestik apapun. Artinya, Indonesia bebas menetapkan kebijakan dalam negeri, tapi diimbangi kewajiban kolaborasi global. Implikasinya, pemerintah dan Kemenkes mungkin akan memperbarui regulasi kesehatan darurat, memperkuat jaringan laboratorium, surveilans, serta pelatihan tenaga medis sesuai standar baru. Selain itu, peluang pendanaan (misal Dana Pandemi) dan transfer teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempercepat riset vaksin atau obat di dalam negeri. Singkatnya, semangat perjanjian global ini adalah agar Indonesia lebih siap dan adil dalam menghadapi pandemi mendatang – dari hulu hingga hilir – tanpa melupakan kepentingan nasional. Sumber: Kemenkes “Pandemic Agreement Disahkan di WHA 78: Indonesia Tegaskan Komitmen Global untuk Ketahanan Kesehatan” Antara News “Kemenlu gaungkan inklusivitas dalam negosiasi perjanjian pandemi”

Setelah Perjanjian Pandemi WHO, Implikasi untuk Sistem Kesehatan Indonesia Read More »

Covid-19 Endemi, Bukan Darurat: Menelaah Peralihan Status Global

Sejak awal pandemi berakhirnya status darurat global Covid-19 menjadi sorotan. Pada 5 Mei 2023, WHO resmi mengakhiri fase Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Internasional (PHEIC) untuk Covid-19. Artinya, tren penularan dan kematian menurun, tekanan pada fasilitas kesehatan mereda, serta kekebalan komunitas meningkat. Tedros Adhanom menyatakan, “dengan harapan besar, saya mengumumkan Covid-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global. Namun itu tidak berarti Covid-19 berakhir sebagai ancaman kesehatan global”. WHO menekankan kewaspadaan tetap perlu: virus masih beredar, varian baru bisa muncul, dan dampak pasca-Covid bisa berkepanjangan. Indonesia mengikuti langkah ini. Presiden Joko Widodo resmi mencabut status pandemi dan menyatakan Covid-19 sebagai endemi per 21 Juni 2023. KPCPEN dibubarkan dan tugas penanggulangan Covid dialihkan ke Kemenkes sesuai ketentuan hukum. Pemerintah menerbitkan Perpres 48/2023, yang mengatur kelanjutan vaksinasi hingga akhir 2023 dan mengalihkan klaim perawatan Covid ke BPJS setelah Agustus 2023. Panduan Kemenkes (Permenkes 23/2023) kini memposisikan penanganan Covid seperti penyakit infeksi lain: fokus pada surveilans rutin, perawatan medis, dan vaksinasi terarah, terutama untuk kelompok rentan. Secara kasat mata, kehidupan kini hampir kembali normal. Protokol ketat dicabut, perjalanan bebas tanpa PCR, bahkan vaksinasi Covid kini masuk program imunisasi rutin untuk lansia dan kelompok risiko tinggi. Meski begitu, transisi ini bukan berarti kita boleh abai. Laporan WHO dan ahli kesehatan menegaskan pentingnya mempertahankan kewaspadaan: testing dan vaksinasi harus terus didorong, karena virus masih ada di masyarakat. Kesimpulannya, status endemi menandakan kita telah beradaptasi dan hidup berdampingan dengan Covid-19, namun bukan berarti ancaman lenyap begitu saja. Sumber: Sehat negeriku “Inilah Aturan Penanggulangan Covid 19 di Masa Endemi” Kompas “WHO Putuskan Fase Darurat Penanganan Covid-19 Berakhir”

Covid-19 Endemi, Bukan Darurat: Menelaah Peralihan Status Global Read More »

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India

Ternyata cuaca panas tak cuma memukul fisik, tapi juga jiwa. Sebuah penelitian terbaru dari India menyoroti efek suhu ekstrem dan kelembapan terhadap kesehatan mental. Peneliti menggabungkan data survei WHO-SAGE dengan pengukuran wet-bulb temperature (kombinasi suhu dan kelembapan) di berbagai daerah. Hasilnya mengejutkan: gelombang panas parah terbukti meningkatkan risiko depresi, meski pengaruhnya pada kecemasan tidak signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi suhu lembap saat gelombang panas, semakin besar kemungkinan orang mengalami gejala depresi. Hal ini bermakna. Indonesia dan Asia Tengah (mirip iklim India) menghadapi kelembapan tinggi selama panas terik. Sebagaimana diungkap Kompas, kelembapan tinggi membuat keringat sulit menguap, sehingga tubuh kesulitan mendingin. Kondisi ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga bisa membebani emosi. Studi India tersebut menunjukkan program kesehatan jiwa komunitas (District Mental Health Program) bisa melindungi orang dari dampak stres panas. WHO juga mengingatkan pentingnya mengantisipasi beban mental akibat krisis iklim. Perubahan iklim memperburuk banyak faktor risiko sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan jiwa di Asia Tenggara. Pelajaran dari penelitian India dan arahan WHO: saat menghadapi musim panas ekstrem, kita harus peduli tidak hanya dengan pencegahan heatstroke, tapi juga dukungan psikososial. Misalnya, daerah rawan panas bisa meningkatkan layanan konseling, menerapkan jam istirahat siang, serta mengajak masyarakat sadar menjaga kesehatan jiwa (cukup tidur, beraktivitas di tempat sejuk, tetap terhubung sosial). Dengan memerhatikan suhu dan kelembapan, kita bisa lebih baik memproteksi bukan hanya tubuh, tetapi juga kesehatan mental dalam menghadapi iklim yang makin panas. Sumber: arXiv “Beyond the heat: The mental health toll of temperature and humidity in India” Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Ancam Kesehatan dan Keselamatan, Bagaimana Tubuh Beradaptasi?”

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India Read More »

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita

Awal 2024 Asia Tenggara dilanda gelombang panas ekstrem. Sekolah ditutup, warga diperingatkan bahaya heatstroke, dan suhu udara mencetak rekor. Misalnya, pada April 2024 Manila menyentuh 47°C dan Bangkok 40,1°C (dengan indeks panas mencapai 52°C). Thailand melaporkan 30 orang meninggal karena serangan panas tahun itu, dan Myanmar mencatat ratusan kematian terkait suhu ekstrem. Fenomena El Niño memperparah keadaan ini. Tak kalah penting, kelembapan tinggi di wilayah tropis membuat panas terasa lebih menekan: keringat sulit menguap sehingga tubuh susah menurunkan suhu. WHO mencatat sekitar 489.000 kematian akibat suhu ekstrem per tahun (2000–2019), 45% di antaranya terjadi di Asia. Panas ekstrem memperburuk penyakit jantung, pernapasan, ginjal, dan meningkatkan kematian usia lanjut. WHO juga mengingatkan bahwa meski status darurat global dicabut, ancaman varian baru tetap ada – artinya kewaspadaan harus terus dijaga. Di Indonesia, BMKG memperingatkan beberapa daerah sudah mendekati suhu 38–39°C di musim kemarau 2025. Wilayah selatan ekuator seperti Jawa, Nusa Tenggara, dan Kalimantan rentan panas ekstrem karena tanah menyerap suhu lebih tinggi. Kelompok rentan (lansia, anak-anak, pekerja luar ruangan, penderita penyakit kronis) perlu ekstra hati-hati. Gelombang panas adalah “pembunuh senyap” yang kerap tidak dilaporkan. Bahayanya tak hanya terasa secara fisik, tapi juga bisa memicu stres kronis dan depresi pada beberapa orang. Oleh karena itu, meski matahari terik atau kelembapan tinggi, pastikan kita rutin minum, beristirahat cukup, dan pantau informasi cuaca terbaru – bukan hanya demi kenyamanan, tapi juga kesehatan jiwa kita. Sumber: Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia Tenggara“ Detik Health “Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem”

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita Read More »

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB?

Kasus dengue di Indonesia melonjak tajam. Pada 2024 tercatat 257.271 kasus dan 1.461 kematian DBD. Merespons hal ini, DPR RI bersama Kemenkes meluncurkan Strategi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), menargetkan nol kematian akibat dengue pada 2030. Wakil Menteri Kesehatan mengingatkan pentingnya revisi Strategi Nasional Dengue 2021–2025 agar lebih adaptif: fokus pada deteksi dini, penanganan KLB, vaksinasi, dan teknologi inovatif seperti Wolbachia. Mereka juga menekankan penguatan surveilans real-time berbasis AI dan integrasi data kesehatan melalui platform SATUSEHAT. WHO juga mendukung langkah ini. Indonesia menjadi negara pertama Asia Tenggara yang menguji surveilans kolaboratif multisumber (MSCS) untuk dengue. Data dari Central Java menunjukkan sejak Januari–April 2025 kasus turun dibanding tahun lalu, berkat peringatan dini berbasis iklim dan entomologi. MSCS menggabungkan data cuaca, populasi nyamuk, dan data kesehatan secara lintas sektor. Direktur Surveilans Kemenkes menilai pendekatan ini menajamkan analisis data dan mengubah pola penanggulangan dari reaktif menjadi antisipatif. Singkatnya, kolaborasi Indonesia–WHO memperkuat pengawasan KLB dengue dengan inovasi: integrasi data cuaca dan vektor, deteksi dini, serta cetak biru revisi kebijakan nasional. Semua ini penting agar kita lebih siap menghadapi gelombang DBD berikutnya, daripada sekadar menunggu peringatan kasus melonjak. sumber: Liputan 6 “Dengue Darurat Nasional, Ini Strategi Baru DPR dan Kemenkes untuk Menghadapinya“ World Health Organization. “Dengue and Severe Dengue.” (Fact sheet)

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB? Read More »

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap?

Apa Itu Pancaroba, dan Kenapa Tubuh Mudah Drop? Banyak pekerja bertanya kenapa tubuh gampang sekali drop saat musim pancaroba. Masa pancaroba adalah fase peralihan antar musim dengan cuaca super tidak menentu – panas terik di siang hari lalu hujan lebat di malam hari. Tubuh kita dipaksa menyesuaikan diri terus-menerus, sehingga daya tahan mudah turun. Kemenkes mencatat bahwa saat cuaca berubah-ubah seperti ini, orang dengan imunitas kurang kuat lebih rentan sakit. Dokter juga menyebutkan imunitas yang menurun berpotensi memicu infeksi lebih mudah muncul. Akibatnya, penyakit ringan pun bisa menghambat kerja. Penelitian menunjukkan misalnya influenza dapat menurunkan produktivitas pekerja sampai 67–74%, dan batuk-pilek menurunkan sekitar 26,4% produktivitas. Bagi pekerja, ini berarti stamina terkuras dan konsentrasi buyar saat sedang diserang penyakit musiman. Kenalan Dulu Sama Musim Aneh Ini Istilah pancaroba merujuk pada musim peralihan antara musim hujan dan kemarau yang berlangsung setiap tahun. Misalnya di Indonesia, BMKG memprediksi fase ini biasanya terjadi sekitar Maret–April, ketika udara pagi cenderung panas terik dan sore hari hujan mendadak turun. Karakteristik pancaroba memang aneh dan tidak menentu, cuaca bisa berganti ekstrem dalam satu hari. Saat itulah istilah ‘musim aneh’ cocok dipakai, karena tubuh kita sering kelabakan. Siang hari memakai baju tipis, sore tiba-tiba harus pakai mantel hujan – hal sederhana seperti memilih pakaian saja bisa membingungkan. Kondisi pancaroba seperti ini sering disalahartikan sebagai masa penyakit biasa, padahal justru cuaca perubahan tersebut yang menguji daya tahan tubuh. 📚 Meski biasanya pancaroba terjadi pada bulan Maret–April, tahun ini kita masih merasakan gejalanya hingga bulan Juni sebelum cuaca benar-benar stabil. Gini Caranya Hadapi Musim Yang Labil Ini Menghadapi pancaroba, kuncinya adalah menjaga imunitas agar tubuh siap tempur. Banyak ahli menyarankan menerapkan gaya hidup sehat konsumsilah makanan bergizi seimbang, cukupi istirahat, dan olahraga ringan secara rutin. Memperbanyak minum air putih juga penting untuk menjaga organ tetap prima. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah beraktivitas dapat mencegah penyebaran kuman. Jika perlu, tambahkan suplemen vitamin atau imun booster sesuai anjuran dokter. Ahli kesehatan bahkan menganjurkan vaksinasi flu tahunan untuk pencegahan ekstra saat pancaroba. Dengan cara ini, kita meminimalisir gangguan kesehatan saat cuaca tiba-tiba berubah dan tetap bisa bekerja dengan fokus. 📚 Baca Juga:  Tips Menjaga Kesehatan Anak di Musim Pancaroba Gizi Seimbang: Apa Bedanya dengan Diet? Manfaat Air Putih Sering Diabaikan, Padahal Vital! Apa Itu Metabolisme? Dan Kenapa Penting untuk Diet? Sudah Tau kan, Apa Itu Pancaroba? Pancaroba memang tantangan bagi tubuh, terutama bagi kita yang harus tetap produktif di kantor atau di lapangan. Namun dengan memahami bahwa kondisi ini bersifat sementara dan menjaga imunitas, badan kita tidak mudah “drop” meski cuaca sedang tidak bersahabat. Ayo terapkan pola hidup sehat, makan cukup bergizi, tidur teratur, dan waspada gejala ringan. Dengan begitu, kita bisa menikmati pekerjaan dan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu sakit, sekaligus tetap siap menghadapi setiap musim pancaroba yang datang. Sumber: Artikel ini disusun berdasarkan keterangan resmi Kemenkes dan BMKG serta hasil riset kesehatan terkait, yang dirangkum secara ringan agar mudah dipahami.

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap? Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top