Kesehatan Umum

Setelah Perjanjian Pandemi WHO, Implikasi untuk Sistem Kesehatan Indonesia

Pada Mei 2025, WHO berhasil mengesahkan Perjanjian Pandemi di Sidang WHA ke-78. Instrumen global ini dibuat untuk memperkuat kerjasama internasional pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Inti kesepakatannya mencakup akses vaksin, obat, dan diagnostik yang adil serta penguatan kapasitas penelitian, produksi, dan tenaga kesehatan. Indonesia menyambut baik hasil ini sebagai warisan presidensi G20 2022, di mana Indonesia ikut menginisiasi Dana Pandemi dan mendorong kesetaraan akses obat/vaksin. Kemenkes RI menyatakan Perjanjian Pandemi akan melengkapi Amandemen IHR 2024 untuk memperkuat arsitektur global kesehatan. Dokumen 35 pasal itu memasukkan komitmen nasional seperti kedaulatan, pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi, peningkatan SDM kesehatan, R&D, transfer teknologi, dan diversifikasi produksi alat kesehatan. Khususnya, sistem “Pathogen Access and Benefit Sharing” (PABS) yang digaungkan Indonesia akan memastikan keadilan dan transparansi akses sampel virus dan teknologi terkait. Di tataran nasional, perjanjian ini mendorong Indonesia memperkuat sistem kesehatan kita. Delegasi RI menegaskan pentingnya equity dan akses setara, serta menyatakan perjanjian ini bisa memperkuat sistem kesehatan di tingkat nasional melalui peningkatan kapasitas mitigasi dan respons pandemi. Perlu diingat, perjanjian tidak mengurangi kedaulatan negara: WHO tak diberi wewenang memaksa kebijakan domestik apapun. Artinya, Indonesia bebas menetapkan kebijakan dalam negeri, tapi diimbangi kewajiban kolaborasi global. Implikasinya, pemerintah dan Kemenkes mungkin akan memperbarui regulasi kesehatan darurat, memperkuat jaringan laboratorium, surveilans, serta pelatihan tenaga medis sesuai standar baru. Selain itu, peluang pendanaan (misal Dana Pandemi) dan transfer teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempercepat riset vaksin atau obat di dalam negeri. Singkatnya, semangat perjanjian global ini adalah agar Indonesia lebih siap dan adil dalam menghadapi pandemi mendatang – dari hulu hingga hilir – tanpa melupakan kepentingan nasional. Sumber: Kemenkes “Pandemic Agreement Disahkan di WHA 78: Indonesia Tegaskan Komitmen Global untuk Ketahanan Kesehatan” Antara News “Kemenlu gaungkan inklusivitas dalam negosiasi perjanjian pandemi”

Setelah Perjanjian Pandemi WHO, Implikasi untuk Sistem Kesehatan Indonesia Read More »

Covid-19 Endemi, Bukan Darurat: Menelaah Peralihan Status Global

Sejak awal pandemi berakhirnya status darurat global Covid-19 menjadi sorotan. Pada 5 Mei 2023, WHO resmi mengakhiri fase Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Internasional (PHEIC) untuk Covid-19. Artinya, tren penularan dan kematian menurun, tekanan pada fasilitas kesehatan mereda, serta kekebalan komunitas meningkat. Tedros Adhanom menyatakan, “dengan harapan besar, saya mengumumkan Covid-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global. Namun itu tidak berarti Covid-19 berakhir sebagai ancaman kesehatan global”. WHO menekankan kewaspadaan tetap perlu: virus masih beredar, varian baru bisa muncul, dan dampak pasca-Covid bisa berkepanjangan. Indonesia mengikuti langkah ini. Presiden Joko Widodo resmi mencabut status pandemi dan menyatakan Covid-19 sebagai endemi per 21 Juni 2023. KPCPEN dibubarkan dan tugas penanggulangan Covid dialihkan ke Kemenkes sesuai ketentuan hukum. Pemerintah menerbitkan Perpres 48/2023, yang mengatur kelanjutan vaksinasi hingga akhir 2023 dan mengalihkan klaim perawatan Covid ke BPJS setelah Agustus 2023. Panduan Kemenkes (Permenkes 23/2023) kini memposisikan penanganan Covid seperti penyakit infeksi lain: fokus pada surveilans rutin, perawatan medis, dan vaksinasi terarah, terutama untuk kelompok rentan. Secara kasat mata, kehidupan kini hampir kembali normal. Protokol ketat dicabut, perjalanan bebas tanpa PCR, bahkan vaksinasi Covid kini masuk program imunisasi rutin untuk lansia dan kelompok risiko tinggi. Meski begitu, transisi ini bukan berarti kita boleh abai. Laporan WHO dan ahli kesehatan menegaskan pentingnya mempertahankan kewaspadaan: testing dan vaksinasi harus terus didorong, karena virus masih ada di masyarakat. Kesimpulannya, status endemi menandakan kita telah beradaptasi dan hidup berdampingan dengan Covid-19, namun bukan berarti ancaman lenyap begitu saja. Sumber: Sehat negeriku “Inilah Aturan Penanggulangan Covid 19 di Masa Endemi” Kompas “WHO Putuskan Fase Darurat Penanganan Covid-19 Berakhir”

Covid-19 Endemi, Bukan Darurat: Menelaah Peralihan Status Global Read More »

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India

Ternyata cuaca panas tak cuma memukul fisik, tapi juga jiwa. Sebuah penelitian terbaru dari India menyoroti efek suhu ekstrem dan kelembapan terhadap kesehatan mental. Peneliti menggabungkan data survei WHO-SAGE dengan pengukuran wet-bulb temperature (kombinasi suhu dan kelembapan) di berbagai daerah. Hasilnya mengejutkan: gelombang panas parah terbukti meningkatkan risiko depresi, meski pengaruhnya pada kecemasan tidak signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi suhu lembap saat gelombang panas, semakin besar kemungkinan orang mengalami gejala depresi. Hal ini bermakna. Indonesia dan Asia Tengah (mirip iklim India) menghadapi kelembapan tinggi selama panas terik. Sebagaimana diungkap Kompas, kelembapan tinggi membuat keringat sulit menguap, sehingga tubuh kesulitan mendingin. Kondisi ini tidak hanya melelahkan secara fisik, tetapi juga bisa membebani emosi. Studi India tersebut menunjukkan program kesehatan jiwa komunitas (District Mental Health Program) bisa melindungi orang dari dampak stres panas. WHO juga mengingatkan pentingnya mengantisipasi beban mental akibat krisis iklim. Perubahan iklim memperburuk banyak faktor risiko sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan jiwa di Asia Tenggara. Pelajaran dari penelitian India dan arahan WHO: saat menghadapi musim panas ekstrem, kita harus peduli tidak hanya dengan pencegahan heatstroke, tapi juga dukungan psikososial. Misalnya, daerah rawan panas bisa meningkatkan layanan konseling, menerapkan jam istirahat siang, serta mengajak masyarakat sadar menjaga kesehatan jiwa (cukup tidur, beraktivitas di tempat sejuk, tetap terhubung sosial). Dengan memerhatikan suhu dan kelembapan, kita bisa lebih baik memproteksi bukan hanya tubuh, tetapi juga kesehatan mental dalam menghadapi iklim yang makin panas. Sumber: arXiv “Beyond the heat: The mental health toll of temperature and humidity in India” Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Ancam Kesehatan dan Keselamatan, Bagaimana Tubuh Beradaptasi?”

Kelembapan, Suhu, dan Kesehatan Mental: Pelajaran dari Studi Terbaru India Read More »

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita

Awal 2024 Asia Tenggara dilanda gelombang panas ekstrem. Sekolah ditutup, warga diperingatkan bahaya heatstroke, dan suhu udara mencetak rekor. Misalnya, pada April 2024 Manila menyentuh 47°C dan Bangkok 40,1°C (dengan indeks panas mencapai 52°C). Thailand melaporkan 30 orang meninggal karena serangan panas tahun itu, dan Myanmar mencatat ratusan kematian terkait suhu ekstrem. Fenomena El Niño memperparah keadaan ini. Tak kalah penting, kelembapan tinggi di wilayah tropis membuat panas terasa lebih menekan: keringat sulit menguap sehingga tubuh susah menurunkan suhu. WHO mencatat sekitar 489.000 kematian akibat suhu ekstrem per tahun (2000–2019), 45% di antaranya terjadi di Asia. Panas ekstrem memperburuk penyakit jantung, pernapasan, ginjal, dan meningkatkan kematian usia lanjut. WHO juga mengingatkan bahwa meski status darurat global dicabut, ancaman varian baru tetap ada – artinya kewaspadaan harus terus dijaga. Di Indonesia, BMKG memperingatkan beberapa daerah sudah mendekati suhu 38–39°C di musim kemarau 2025. Wilayah selatan ekuator seperti Jawa, Nusa Tenggara, dan Kalimantan rentan panas ekstrem karena tanah menyerap suhu lebih tinggi. Kelompok rentan (lansia, anak-anak, pekerja luar ruangan, penderita penyakit kronis) perlu ekstra hati-hati. Gelombang panas adalah “pembunuh senyap” yang kerap tidak dilaporkan. Bahayanya tak hanya terasa secara fisik, tapi juga bisa memicu stres kronis dan depresi pada beberapa orang. Oleh karena itu, meski matahari terik atau kelembapan tinggi, pastikan kita rutin minum, beristirahat cukup, dan pantau informasi cuaca terbaru – bukan hanya demi kenyamanan, tapi juga kesehatan jiwa kita. Sumber: Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia Tenggara“ Detik Health “Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem”

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita Read More »

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB?

Kasus dengue di Indonesia melonjak tajam. Pada 2024 tercatat 257.271 kasus dan 1.461 kematian DBD. Merespons hal ini, DPR RI bersama Kemenkes meluncurkan Strategi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), menargetkan nol kematian akibat dengue pada 2030. Wakil Menteri Kesehatan mengingatkan pentingnya revisi Strategi Nasional Dengue 2021–2025 agar lebih adaptif: fokus pada deteksi dini, penanganan KLB, vaksinasi, dan teknologi inovatif seperti Wolbachia. Mereka juga menekankan penguatan surveilans real-time berbasis AI dan integrasi data kesehatan melalui platform SATUSEHAT. WHO juga mendukung langkah ini. Indonesia menjadi negara pertama Asia Tenggara yang menguji surveilans kolaboratif multisumber (MSCS) untuk dengue. Data dari Central Java menunjukkan sejak Januari–April 2025 kasus turun dibanding tahun lalu, berkat peringatan dini berbasis iklim dan entomologi. MSCS menggabungkan data cuaca, populasi nyamuk, dan data kesehatan secara lintas sektor. Direktur Surveilans Kemenkes menilai pendekatan ini menajamkan analisis data dan mengubah pola penanggulangan dari reaktif menjadi antisipatif. Singkatnya, kolaborasi Indonesia–WHO memperkuat pengawasan KLB dengue dengan inovasi: integrasi data cuaca dan vektor, deteksi dini, serta cetak biru revisi kebijakan nasional. Semua ini penting agar kita lebih siap menghadapi gelombang DBD berikutnya, daripada sekadar menunggu peringatan kasus melonjak. sumber: Liputan 6 “Dengue Darurat Nasional, Ini Strategi Baru DPR dan Kemenkes untuk Menghadapinya“ World Health Organization. “Dengue and Severe Dengue.” (Fact sheet)

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB? Read More »

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap?

Apa Itu Pancaroba, dan Kenapa Tubuh Mudah Drop? Banyak pekerja bertanya kenapa tubuh gampang sekali drop saat musim pancaroba. Masa pancaroba adalah fase peralihan antar musim dengan cuaca super tidak menentu – panas terik di siang hari lalu hujan lebat di malam hari. Tubuh kita dipaksa menyesuaikan diri terus-menerus, sehingga daya tahan mudah turun. Kemenkes mencatat bahwa saat cuaca berubah-ubah seperti ini, orang dengan imunitas kurang kuat lebih rentan sakit. Dokter juga menyebutkan imunitas yang menurun berpotensi memicu infeksi lebih mudah muncul. Akibatnya, penyakit ringan pun bisa menghambat kerja. Penelitian menunjukkan misalnya influenza dapat menurunkan produktivitas pekerja sampai 67–74%, dan batuk-pilek menurunkan sekitar 26,4% produktivitas. Bagi pekerja, ini berarti stamina terkuras dan konsentrasi buyar saat sedang diserang penyakit musiman. Kenalan Dulu Sama Musim Aneh Ini Istilah pancaroba merujuk pada musim peralihan antara musim hujan dan kemarau yang berlangsung setiap tahun. Misalnya di Indonesia, BMKG memprediksi fase ini biasanya terjadi sekitar Maret–April, ketika udara pagi cenderung panas terik dan sore hari hujan mendadak turun. Karakteristik pancaroba memang aneh dan tidak menentu, cuaca bisa berganti ekstrem dalam satu hari. Saat itulah istilah ‘musim aneh’ cocok dipakai, karena tubuh kita sering kelabakan. Siang hari memakai baju tipis, sore tiba-tiba harus pakai mantel hujan – hal sederhana seperti memilih pakaian saja bisa membingungkan. Kondisi pancaroba seperti ini sering disalahartikan sebagai masa penyakit biasa, padahal justru cuaca perubahan tersebut yang menguji daya tahan tubuh. 📚 Meski biasanya pancaroba terjadi pada bulan Maret–April, tahun ini kita masih merasakan gejalanya hingga bulan Juni sebelum cuaca benar-benar stabil. Gini Caranya Hadapi Musim Yang Labil Ini Menghadapi pancaroba, kuncinya adalah menjaga imunitas agar tubuh siap tempur. Banyak ahli menyarankan menerapkan gaya hidup sehat konsumsilah makanan bergizi seimbang, cukupi istirahat, dan olahraga ringan secara rutin. Memperbanyak minum air putih juga penting untuk menjaga organ tetap prima. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah beraktivitas dapat mencegah penyebaran kuman. Jika perlu, tambahkan suplemen vitamin atau imun booster sesuai anjuran dokter. Ahli kesehatan bahkan menganjurkan vaksinasi flu tahunan untuk pencegahan ekstra saat pancaroba. Dengan cara ini, kita meminimalisir gangguan kesehatan saat cuaca tiba-tiba berubah dan tetap bisa bekerja dengan fokus. 📚 Baca Juga:  Tips Menjaga Kesehatan Anak di Musim Pancaroba Gizi Seimbang: Apa Bedanya dengan Diet? Manfaat Air Putih Sering Diabaikan, Padahal Vital! Apa Itu Metabolisme? Dan Kenapa Penting untuk Diet? Sudah Tau kan, Apa Itu Pancaroba? Pancaroba memang tantangan bagi tubuh, terutama bagi kita yang harus tetap produktif di kantor atau di lapangan. Namun dengan memahami bahwa kondisi ini bersifat sementara dan menjaga imunitas, badan kita tidak mudah “drop” meski cuaca sedang tidak bersahabat. Ayo terapkan pola hidup sehat, makan cukup bergizi, tidur teratur, dan waspada gejala ringan. Dengan begitu, kita bisa menikmati pekerjaan dan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu sakit, sekaligus tetap siap menghadapi setiap musim pancaroba yang datang. Sumber: Artikel ini disusun berdasarkan keterangan resmi Kemenkes dan BMKG serta hasil riset kesehatan terkait, yang dirangkum secara ringan agar mudah dipahami.

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap? Read More »

Panduan Memperbaiki Postur Badan, Hindari Bahu Membungkuk

Risiko Postur Buruk Bahu membungkuk (postur tubuh bungkuk) umum terjadi pada pekerja kantoran karena duduk lama di depan komputer. Postur ini dapat menyebabkan nyeri leher, bahu, dan punggung, serta menurunkan fleksibilitas otot dan mengganggu fungsi pernapasan dan pencernaan. Kebiasaan ini bahkan bisa memengaruhi keseimbangan tubuh dan produktivitas kerja. Manfaat Postur Baik Postur tegak memberi banyak manfaat kesehatan. Mayo Clinic menekankan bahwa postur yang baik dapat mengurangi stres pada otot punggung. Latihan punggung atas seperti wall slides membantu meluruskan tulang belikat dan memperkuat otot punggung. MedlinePlus juga menyatakan bahwa postur tubuh yang benar penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang dan mencegah cedera. Dengan latihan teratur, postur baik membuat tubuh bekerja lebih efisien sehingga Anda akan tampak dan merasa lebih baik. Tips Praktis Memperbaiki Postur Berdiri tegak, Tarik bahu ke belakang, dada terbuka, dan kepala sejajar. Posisi ini menjaga tulang belakang lurus dan mencegah kebungkukan. Duduk dengan benar, Gunakan sandaran kursi yang menopang punggung bawah (misal bantal kecil), lutut sejajar pinggul, dan bahu rileks. Ubah posisi duduk setiap 30 menit dengan berdiri sejenak atau berjalan ringan. Lakukan peregangan sederhana, Lakukan doorway stretch dengan berdiri di kusen pintu untuk membuka otot dada dan meregangkan bahu. Lanjutkan dengan scapular wall slide: bersandar pada dinding lalu angkat-turunkan lengan sambil menjaga punggung menempel, untuk memperkuat punggung atas dan meluruskan bahu. Latih otot inti dan punggung, Perkuat core dengan plank atau latihan tahan beban sederhana agar tulang belakang mendapat dukungan lebih baik. Otot inti yang kuat membantu menopang postur tubuh secara keseluruhan. Istirahat dan cek postur, Istirahatkan tubuh dengan berdiri atau berjalan ringan tiap 30 menit. Cek postur dengan berdiri menempel dinding (tumit ~15 cm dari dinding) sehingga pantat, bahu, dan kepala menempel. Posisi ini membantu melatih tubuh agar terbiasa lurus. Dengan tips sederhana di atas, Anda bisa memperbaiki postur bahu dan punggung atas tanpa alat khusus. Lakukan secara rutin; lama-kelamaan nyeri berkurang dan tubuh terasa lebih bugar serta nyaman. 💡Sumber: Artikel ini merujuk pada informasi dari Mayo Clinic, MedlinePlus (National Institutes of Health), dan Healthline – tiga referensi medis terpercaya yang sering digunakan dalam edukasi kesehatan global.

Panduan Memperbaiki Postur Badan, Hindari Bahu Membungkuk Read More »

5 Latihan Ringan untuk Mengurangi Nyeri Leher di Meja Kerja

Berada berjam-jam di depan komputer kerap membuat leher kaku dan pegal. Untungnya, ada beberapa gerakan sederhana yang bisa dilakukan sambil duduk di meja kerja untuk melepaskan ketegangan otot leher. 1. Neck Tilt (menunduk & mengadah) Gerakan pertama adalah Neck Tilt (menunduk dan menengadah). Cara melakukannya, duduk tegak, lalu perlahan turunkan dagu menuju dada dan kemudian angkat kepala menengadah ke atas. Ulangi beberapa kali perlahan. Gerakan ini membantu meregangkan otot leher bagian belakang, mengurangi ketegangan, dan membuat kepala lebih rileks. 💡Baca juga: “Postur Duduk Buruk Bisa Picu Masalah Serius, Lho!“ 2. Neck Side Stretch (miring ke samping) Kemudian coba gerakan Neck Side Stretch (miring ke samping). Caranya mudah: duduk tegak, miringkan kepala ke satu sisi hingga telinga hampir menyentuh bahu, lalu kembali ke posisi tengah dan miring ke sisi lainnya. Lakukan perlahan dan rasakan regangan di sisi leher. Manfaatnya melepas ketegangan otot samping leher dan bahu, memperbaiki fleksibilitas leher, serta membantu meredakan nyeri akibat posisi kerja yang statis. 3. Neck Rotation (putar leher) Selanjutnya, ada Neck Rotation (putar leher) yang membantu melenturkan leher. Lihat lurus ke depan, lalu perlahan putar leher ke kanan seakan menengok ke bahu kanan, tahan sebentar, lalu kembali ke posisi semula. Ulangi ke kiri. Gerakan memutar leher ini membantu memperluas rentang gerak leher, mengurangi kekakuan otot, dan membuat leher lebih leluasa bergerak. 4. Shoulder Roll (putar bahu) Tak hanya leher, bahu juga butuh peregangan. Cobalah Shoulder Roll (putar bahu). Duduk tegak, angkat kedua bahu ke depan, kemudian tarik ke atas dan putar ke belakang secara melingkar. Ulangi beberapa kali, lalu putar bahu dari belakang ke depan. Gerakan menggulung bahu ini efektif melemaskan otot bahu dan punggung atas sehingga mengurangi ketegangan yang biasa menjalar ke leher. 💡Baca juga: “5 Olahraga Ringan yang Bisa Dilakukan di Rumah“ 5. Chin Tuck (dorong dagu ke belakang) Terakhir, gerakan Chin Tuck (dorong dagu ke belakang) juga penting untuk postur. Duduk dengan punggung lurus, lalu tarik dagu ke arah leher (seperti membuat dagu ganda) dan tahan sebentar sebelum kembali ke posisi semula. Gerakan ini membantu menguatkan otot leher bagian depan dan memperbaiki posisi kepala. Hasilnya, kepala lebih sejajar dengan tulang belakang, mengurangi tekanan pada leher dan menghindari nyeri. 💡Tips tambahan: “Pastikan posisi layar sejajar mata, kursi dan meja ergonomis, serta gunakan sandaran punggung. Jangan duduk membungkuk atau dengan kepala maju terlalu lama.” Setiap gerakan di atas bisa dilakukan beberapa detik sampai satu menit, beberapa kali sehari, terutama saat leher mulai terasa kaku. Kuncinya adalah rutin melakukannya agar manfaatnya maksimal. Dengan menyelipkan latihan ringan sederhana ini di sela-sela kerja, nyeri leher perlahan akan berkurang dan Anda bisa bekerja lebih nyaman. Semangat! Yuk, sisipkan gerakan ringan ini secara rutin di sela-sela kerja agar leher selalu lebih sehat!

5 Latihan Ringan untuk Mengurangi Nyeri Leher di Meja Kerja Read More »

Cara Menjaga Kesehatan di Tengah Kesibukan Sehari-hari

Di tengah padatnya aktivitas harian—entah itu bekerja, kuliah, atau mengurus rumah—kesehatan sering kali menjadi prioritas terakhir. Padahal, tubuh yang sehat adalah fondasi untuk bisa menjalani kesibukan dengan optimal. Kabar baiknya, kamu tetap bisa menjaga kesehatan meskipun sibuk. Kuncinya adalah konsistensi dan kebiasaan kecil yang realistis. Yuk, simak tips-tips sederhana berikut ini! 1. Mulai Hari dengan Sarapan Bergizi Sarapan memberikan energi untuk memulai aktivitas. Pilih makanan yang kaya serat, protein, dan lemak sehat agar tubuh kenyang lebih lama dan fokus terjaga. ✅ Contoh: Oatmeal dengan buah, roti gandum dengan telur, atau nasi + sayur + lauk sehat 📚 Sumber: Harvard T.H. Chan School of Public Health – The Nutrition Source – Breakfast 2. Bergerak Aktif, Meski Sedikit Kamu tidak harus ke gym setiap hari. Cukup sempatkan waktu 10–30 menit untuk aktivitas fisik ringan: Jalan kaki saat istirahat Naik-turun tangga Peregangan ringan di antara pekerjaan 🏃‍♀️ Aktivitas ringan secara rutin bisa mengurangi risiko penyakit jantung hingga 30%. 📚 Sumber: WHO – Physical Activity Factsheet – Link 3. Perhatikan Asupan Cairan Dehidrasi bisa menyebabkan lelah, sulit fokus, bahkan sakit kepala. Pastikan kamu minum cukup air putih, terutama jika bekerja di ruangan ber-AC. 💧 Tips: Gunakan botol minum reusable dan letakkan dekat meja kerja sebagai pengingat. 📚 Sumber: Mayo Clinic – Water: How much should you drink every day? Link 4. Tidur yang Cukup dan Berkualitas Kurang tidur menurunkan produktivitas dan memperlemah sistem imun. Usahakan tidur 7–8 jam setiap malam, dan hindari begadang jika tidak perlu. 🌙 Tips: Jauhkan gadget 30 menit sebelum tidur dan ciptakan rutinitas malam yang tenang. 📚 Sumber: Sleep Foundation – Sleep and Health Link 5. Kelola Stres dengan Cara Positif Kesibukan bisa menyebabkan stres berkepanjangan jika tidak dikelola. Luangkan waktu untuk “me time” atau aktivitas yang menyenangkan: Mendengarkan musik Olahraga ringan Meditasi atau journaling Ngobrol santai dengan teman 🧘‍♂️ Bahkan 10 menit meditasi per hari terbukti membantu menenangkan pikiran. 📚 Sumber: American Psychological Association – Stress Management Link 6. Siapkan Camilan Sehat Daripada ngemil gorengan atau makanan tinggi gula, siapkan camilan sehat di meja: Buah potong Kacang-kacangan Yogurt rendah gula Dark chocolate (secukupnya) 🍎 Camilan sehat bantu menjaga energi stabil sepanjang hari dan menghindari makan berlebihan saat lapar. 📚 Sumber: CDC – Healthy Eating Tips Link 7. Jangan Lupa Periksa Kesehatan Rutin Sesibuk apapun, sempatkan untuk medical check-up minimal setahun sekali, terutama tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. 🏥 Deteksi dini penyakit membuat penanganan lebih cepat dan hemat biaya. 📚 Sumber: WHO – Health Check-Ups Link Kesimpulan Menjaga kesehatan di tengah kesibukan bukan tentang melakukan hal besar, tapi tentang kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten. Mulailah dari hal sederhana: tidur cukup, minum air, dan makan bergizi. Ingat, kesehatan yang baik akan membuat kamu lebih kuat menghadapi kesibukan, bukan sebaliknya. Sumber Informasi: Harvard T.H. Chan School of Public Health – Breakfast WHO – Physical Activity Factsheet Mayo Clinic – Water Needs Sleep Foundation – Sleep and Health APA – Stress Management CDC – Nutrition Tips

Cara Menjaga Kesehatan di Tengah Kesibukan Sehari-hari Read More »

Makanan Sehat vs Junk Food, Mana yang Lebih Murah?

Banyak orang beranggapan bahwa makan sehat itu mahal, sedangkan junk food lebih terjangkau dan praktis. Tapi benarkah demikian jika kita melihatnya dari sudut pandang jangka panjang? Mari kita bandingkan keduanya, tidak hanya dari sisi harga di kasir, tapi juga dari efek jangka panjangnya terhadap kesehatan dan keuangan kita. Harga di Awal: Junk Food Memang Terlihat Lebih Murah Tidak bisa dipungkiri, makanan cepat saji seperti gorengan, mi instan, atau burger bisa dibeli dengan harga yang sangat murah. Bandingkan dengan harga buah, sayuran organik, atau sumber protein berkualitas—tentu kelihatannya makan sehat lebih mahal. Namun, ini hanya biaya jangka pendek yang terlihat di permukaan. Biaya Tersembunyi dari Junk Food Mengonsumsi junk food secara rutin bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti: Obesitas Diabetes tipe 2 Hipertensi Penyakit jantung Masalah liver dan ginjal Semua penyakit ini membutuhkan pengobatan jangka panjang yang tidak murah, baik dari segi biaya rumah sakit, obat-obatan, maupun kehilangan produktivitas. 🧾 Contoh nyata: Menurut American Diabetes Association, rata-rata biaya perawatan penderita diabetes mencapai $9.601 per tahun di AS. 📌 Di Indonesia, BPJS melaporkan bahwa penyakit katastropik seperti jantung dan ginjal menyedot triliunan rupiah tiap tahunnya. Makanan Sehat = Investasi Kesehatan Makanan bergizi seperti: Sayur dan buah lokal Sumber protein sehat (telur, tempe, ikan) Karbohidrat kompleks (beras merah, oats) Lemak sehat (alpukat, kacang-kacangan) …memang membutuhkan perencanaan dan mungkin sedikit lebih mahal saat belanja. Tapi dalam jangka panjang, makanan ini: Meningkatkan energi dan produktivitas Menjaga berat badan ideal Menurunkan risiko penyakit kronis Mengurangi biaya pengobatan 🍽️ Fakta menarik: Studi dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa pola makan sehat hanya membutuhkan $1,50 lebih mahal per hari, tapi memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Tips Makan Sehat dengan Budget Terjangkau Masak sendiri di rumah Lebih hemat dan kamu tahu bahan yang digunakan. Beli bahan makanan lokal & musiman Biasanya lebih murah dan lebih segar. Kurangi makanan olahan & camilan berlebihan Selain mahal, juga minim nilai gizi. Belanja dengan rencana dan daftar Hindari belanja impulsif yang bikin boros. Simpan stok makanan sehat beku atau kering Seperti edamame, jagung, frozen veggies, oatmeal, kacang-kacangan. Kesimpulan Jika hanya dilihat dari harga beli, junk food memang tampak lebih murah. Namun dalam jangka panjang, makanan sehat justru lebih hemat secara keseluruhan karena mengurangi risiko penyakit dan menjaga kualitas hidup. Jadi, bukan soal mahal atau murah—tapi soal nilai jangka panjang dan dampaknya terhadap hidupmu. Makan sehat bukan pengeluaran, tapi investasi masa depan. Sumber Informasi: Harvard School of Public Health. Healthy Eating Doesn’t Have to Be Expensive American Diabetes Association. Economic Costs of Diabetes WHO. Obesity and Overweight Facts BPJS Kesehatan Indonesia. Laporan Biaya Penyakit Katastropik Tahunan

Makanan Sehat vs Junk Food, Mana yang Lebih Murah? Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top