Inspirasi Sehat

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita

Awal 2024 Asia Tenggara dilanda gelombang panas ekstrem. Sekolah ditutup, warga diperingatkan bahaya heatstroke, dan suhu udara mencetak rekor. Misalnya, pada April 2024 Manila menyentuh 47°C dan Bangkok 40,1°C (dengan indeks panas mencapai 52°C). Thailand melaporkan 30 orang meninggal karena serangan panas tahun itu, dan Myanmar mencatat ratusan kematian terkait suhu ekstrem. Fenomena El Niño memperparah keadaan ini. Tak kalah penting, kelembapan tinggi di wilayah tropis membuat panas terasa lebih menekan: keringat sulit menguap sehingga tubuh susah menurunkan suhu. WHO mencatat sekitar 489.000 kematian akibat suhu ekstrem per tahun (2000–2019), 45% di antaranya terjadi di Asia. Panas ekstrem memperburuk penyakit jantung, pernapasan, ginjal, dan meningkatkan kematian usia lanjut. WHO juga mengingatkan bahwa meski status darurat global dicabut, ancaman varian baru tetap ada – artinya kewaspadaan harus terus dijaga. Di Indonesia, BMKG memperingatkan beberapa daerah sudah mendekati suhu 38–39°C di musim kemarau 2025. Wilayah selatan ekuator seperti Jawa, Nusa Tenggara, dan Kalimantan rentan panas ekstrem karena tanah menyerap suhu lebih tinggi. Kelompok rentan (lansia, anak-anak, pekerja luar ruangan, penderita penyakit kronis) perlu ekstra hati-hati. Gelombang panas adalah “pembunuh senyap” yang kerap tidak dilaporkan. Bahayanya tak hanya terasa secara fisik, tapi juga bisa memicu stres kronis dan depresi pada beberapa orang. Oleh karena itu, meski matahari terik atau kelembapan tinggi, pastikan kita rutin minum, beristirahat cukup, dan pantau informasi cuaca terbaru – bukan hanya demi kenyamanan, tapi juga kesehatan jiwa kita. Sumber: Kompas “Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia Tenggara“ Detik Health “Cuaca RI Mulai ‘Menyengat’ Lagi, BMKG Ungkap Wilayah yang Hadapi Panas Ekstrem”

Gelombang Panas Asia Tenggara 2025: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Kita Read More »

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB?

Kasus dengue di Indonesia melonjak tajam. Pada 2024 tercatat 257.271 kasus dan 1.461 kematian DBD. Merespons hal ini, DPR RI bersama Kemenkes meluncurkan Strategi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), menargetkan nol kematian akibat dengue pada 2030. Wakil Menteri Kesehatan mengingatkan pentingnya revisi Strategi Nasional Dengue 2021–2025 agar lebih adaptif: fokus pada deteksi dini, penanganan KLB, vaksinasi, dan teknologi inovatif seperti Wolbachia. Mereka juga menekankan penguatan surveilans real-time berbasis AI dan integrasi data kesehatan melalui platform SATUSEHAT. WHO juga mendukung langkah ini. Indonesia menjadi negara pertama Asia Tenggara yang menguji surveilans kolaboratif multisumber (MSCS) untuk dengue. Data dari Central Java menunjukkan sejak Januari–April 2025 kasus turun dibanding tahun lalu, berkat peringatan dini berbasis iklim dan entomologi. MSCS menggabungkan data cuaca, populasi nyamuk, dan data kesehatan secara lintas sektor. Direktur Surveilans Kemenkes menilai pendekatan ini menajamkan analisis data dan mengubah pola penanggulangan dari reaktif menjadi antisipatif. Singkatnya, kolaborasi Indonesia–WHO memperkuat pengawasan KLB dengue dengan inovasi: integrasi data cuaca dan vektor, deteksi dini, serta cetak biru revisi kebijakan nasional. Semua ini penting agar kita lebih siap menghadapi gelombang DBD berikutnya, daripada sekadar menunggu peringatan kasus melonjak. sumber: Liputan 6 “Dengue Darurat Nasional, Ini Strategi Baru DPR dan Kemenkes untuk Menghadapinya“ World Health Organization. “Dengue and Severe Dengue.” (Fact sheet)

Strategi Baru Lawan Dengue, Mengapa Indonesia dan WHO Memperkuat Pengawasan KLB? Read More »

Hidup Setelah Pandemi, Kebiasaan Sehat yang Perlu Dipertahankan

Tahukah Anda, sebelum 2020 hanya sekitar 20 % warga Jakarta yang rajin mencuci tangan setiap kali tiba di rumah? Kini, saat kemarin saya mampir ke rumah Siti di Bandung, ia bercerita bagaimana keluarga kecilnya saling “menegur” kalau ada yang malas mencuci tangan usai berbelanja. Kebiasaan sederhana seperti ini ternyata lebih dari sekadar kebersihan—ia menjadi benteng pertama kita melawan berbagai penyakit. Pernahkah Anda memperhatikan, sejak pandemi berakhir, udara di rumah terasa lebih “bersahabat”? Bukan hanya soal membuka jendela—ventilasi yang baik juga mengurangi stres dan bikin mood lebih ceria. Misalnya, menurut laporan WHO Maret 2022, ruangan dengan sekali pergantian udara setiap 15 menit menurunkan risiko penularan penyakit saluran pernapasan hingga 30 %¹. Jadi, saat kita menyalakan exhaust fan di kamar atau ruang tamu, bukan sekadar mengusir panas, melainkan juga memfilter “beban” virus di udara. Tak kalah penting, mari bicarakan soal masker. Saat saya batuk ringan beberapa waktu lalu, Ahmad di kantor sempat menanyakan, “Kamu gak pakai masker?”—sebuah tanda kepedulian yang dulu jarang kita lihat. Menurut Kemenkes RI melalui survei Litbang 2024, 70 % responden masih rutin memakai masker ketika flu². Dengan terus melanjutkan kebiasaan ini, kita bukan hanya menjaga kesehatan diri, tapi juga menghormati orang di sekitar. Bagaimana dengan pola hidup? GERMAS Kemenkes menargetkan minimal 150 menit aktivitas ringan–sedang per minggu, setara jalan cepat 30 menit lima hari seminggu³. Rutin bersepeda santai di sore hari juga salah satu solusi—sekalian melepas penat dan memastikan tubuh “bergerak” setelah seharian di depan layar. Jangan lupa, konsumsi buah dan sayur setiap hari: apel atau pepaya sebagai camilan sore, salad segar saat makan malam. Terakhir, kesehatan mental. Coba ingat—beberapa teman sempat merasa cemas saat harus kembali bertemu banyak orang. Tips sederhana: tulis tiga hal yang Anda syukuri setiap malam, atau ajak keluarga video call saat hujan turun. Menurut Ikatan Psikolog Indonesia, kebiasaan ini menurunkan tingkat stres hingga 25 %⁴. Mulai hari ini, yuk kita catat: Cuci tangan 20 detik setiap pulang ke rumah. Buka jendela atau pakai exhaust fan minimal 2× sehari. Masker saat flu atau di keramaian. Aktivitas fisik 150 menit/minggu. Jurnal syukur setiap malam. Dengan langkah kecil ini, “hidup setelah pandemi” bukan hanya soal kembali normal, tapi juga membangun kebiasaan sehat yang membuat kita lebih tangguh—dan lebih bahagia bersama.   Sumber: WHO, “Airborne transmission of respiratory viruses,” Maret 2022 Litbang Kemenkes RI, “Survei Kebiasaan Masker Pascapandemi,” Juli 2024 GERMAS Kemenkes RI, “Panduan Aktivitas Fisik,” 2023 Ikatan Psikolog Indonesia, “Strategi Mengelola Stres,” 2024

Hidup Setelah Pandemi, Kebiasaan Sehat yang Perlu Dipertahankan Read More »

Apa Benar, Tidur dengan Kaki Dingin Bisa Membantu Cepat Terlelap?

Pernah nggak sih di tengah malam, kamu merasa kaki kedinginan dan bertanya-tanya, “Apa jangan-jangan makin susah tidur karena kaki dingin begini?” Banyak yang bilang, kalau kaki dingin, kita bakal cepat terlelap. Tapi, benarkah tenaga sains setuju? Saya sendiri pernah kedinginan sampai pakai kaus kaki dua lapis—ternyata malah susah fokus buat tidur. Menurut National Sleep Foundation (2021), tidur yang berkualitas sebenarnya dimulai ketika suhu inti tubuh kita turun. Alih-alih membantu, kaki yang terlalu dingin justru bikin tubuh ‘panik’ dan berusaha mengalirkan darah hangat dari bagian tubuh lain ke kaki kita. Hasilnya, proses penurunan suhu inti tertunda dan melatonin—hormon yang bikin kita ngantuk—baru diproduksi lebih lama. Intinya, kaki dingin bukan jalan pintas buat cepat tidur. Di sisi lain, sejumlah peneliti di Sleep Medicine Reviews (2007) menemukan bahwa menghangatkan kaki sebelum tidur—dengan merendam kaki di air hangat atau pakai kaus kaki lembut—mendorong pembuluh darah melebar. Ini bikin tubuh lebih mudah “melepas” panas. Saya pernah coba rendaman kaki hangat 10 menit, dan rasanya rileks banget, kantuk datang lebih cepat meski air conditioner di kamar agak nyala. Kalau kamu tinggal di daerah cuaca lembap kayak Jakarta, simpel saja: rendam kaki dengan air hangat sekitar 40°C sebelum tidur, lalu kenakan kaus kaki berbahan katun atau wol merino biar hangatnya pas (Hello Sehat, 2023). Pastikan suhu kamar sekitar 20–22°C agar tidak terlalu dingin, tapi juga nggak terlalu panas sehingga keringat. Singkatnya, tidur dengan kaki kedinginan justru bisa bikin kita lebih lama melek. Jadi, daripada meratap karena kedinginan, mendingan hangatkan kaki sedikit—lumayan membantu tubuh “memulai” proses tidur lebih cepat. Perubahan sederhana ini ternyata bisa mengurangi stres setelah seharian beraktivitas, membuat kita bangun dengan perasaan lebih segar di pagi hari. Selamat mencoba, dan semoga malammu lebih nyenyak! Sumber: National Sleep Foundation (2021) Sleep Medicine Reviews (2007) Hello Sehat (2023)

Apa Benar, Tidur dengan Kaki Dingin Bisa Membantu Cepat Terlelap? Read More »

Tertawa Bisa Bikin Sehat? Ini Alasannya

Tertawa itu sering dianggap cuma ekspresi spontan saat kita nonton adegan kocak atau denger obrolan gokil teman. Denger-denger, tawa ternyata punya kekuatan lebih dari sekadar hiburan—katanya sih, kebiasaan ketawa ringan tiap hari bisa bikin tubuh dan pikiran kita jadi lebih segar dan tangguh. Berdasarkan pengalaman banyak orang, momen ketawa nggak cuma bikin suasana hati melayang-layang, tapi juga “obat” alami yang katanya sih bikin tubuh dan pikiran makin sehat. Jaga Sistem Kekebalan Tubuh – Katanya sih, ketika kita tertawa, tubuh jadi kayak lagi latihan bela diri melawan penyakit. Berdasarkan pengalaman banyak orang, antibodi dan sel pembunuh alami (natural killer cells) jadi lebih aktif, soalnya tubuh ngeluarin hormon bahagia yang ngasih tahu sistem imun buat kebal lebih oke. Jaga Jantung Tetap Fit – Nah, ngomong-ngomong soal jantung, tertawa itu ampuh buat bikin aliran darah jadi lancar sampai 20% karena pembuluh darah “relaks” dan melebar . Jadi intinya, risiko serangan jantung atau hipertensi bisa turun karena tubuh juga menurunkan hormon stres seperti hormon stres (kortisol dan adrenalin) saat kita ketawa, loh. Redain Stres dan Beban Pikiran – Terus, stres? Bisa turun dramatis! Denger-denger, kadar hormon stres bisa turun sampe 36,7% pas kita ketawa, sementara hormon bahagia naik, jadi badan dan otot-otot ikut santai . Pokoknya, beban pikiran agak longgar deh. Lawan Rasa Nyeri – Gak hanya itu, loh, tertawa juga ampuh buat ngurangin rasa sakit. Zat yang bikin bahagia (endorfin) dilepas lebih banyak, jadi bisa jadi pereda nyeri alami—terutama buat penderita nyeri kronis atau pasien kanker yang butuh mood booster. Bikin Tidur Lebih Berkualitas – Nggak hanya itu, loh, banyak orang ngerasa lebih gampang tidur nyenyak setelah sesi ketawa. Soalnya badan jadi rileks dan hormon melatonin diproduksi lebih optimal, jadi pola tidur jadi lebih teratur. Bikin Mood dan Relasi Sosial Makin Oke – Terus, tertawa bareng teman atau keluarga bikin koneksi sosial makin erat. Hormon bahagia dan zat lain yang bikin senang dilepas, jadinya suasana hati makin positif dan anti kesepian. Jadi intinya, tertawa gak cuma seru, tapi juga ngefek besar buat kesehatan fisik dan mental. Coba sisipkan momen ketawa setiap hari—nonton video lucu, baca lelucon, atau ngobrol santai bareng orang tersayang—agar tubuh dan pikiran tetap bugar. Jadi… Kamu udah ketawa hari ini? Kalau belum, yuk mulai dari sekarang!   Sumber: Alodokter, “8 Manfaat Tertawa untuk Kesehatan,” 2023 RRI, “Tertawa, Resep Awet Muda yang Terbukti Secara Ilmiah,” 2024 Tempo, “Manfaat Jangka Panjang Tertawa,” 2024 Good Doctor, “Enggak Bercanda! Ini Sederet Manfaat Tertawa,” 2023

Tertawa Bisa Bikin Sehat? Ini Alasannya Read More »

Mengapa Kita Menguap? Fakta Unik di Balik Kebiasaan Sehari-hari

Mengapa Kita Menguap? Ini Penjelasan Ilmiahnya Menguap adalah hal yang sangat umum dan alami. Kita semua pernah menguap, baik saat lelah, bosan, atau bahkan hanya karena melihat orang lain menguap. Tapi tahukah kamu bahwa menguap sebenarnya menyimpan banyak fakta unik dan menarik dari sisi kesehatan dan ilmu saraf? Apa Itu Menguap? Menguap adalah refleks tubuh berupa tarikan napas panjang melalui mulut, diikuti oleh hembusan napas yang lambat. Biasanya diiringi dengan peregangan ringan dan mata berair. Meski terlihat sederhana, mekanisme ini melibatkan kerja sama kompleks antara otak, otot, dan sistem pernapasan. Teori Mengapa Kita Menguap Hingga saat ini, belum ada satu jawaban pasti mengapa manusia menguap, tetapi ada beberapa teori ilmiah yang menjelaskannya: Mengatur Suhu Otak – Salah satu teori paling kuat menyebutkan bahwa menguap berfungsi untuk mendinginkan otak. Seperti halnya kipas angin yang mendinginkan ruangan, menarik napas dalam saat menguap dapat membantu mengurangi suhu otak yang meningkat karena kelelahan atau stres. Meningkatkan Kewaspadaan – Menguap bisa menjadi cara tubuh untuk tetap terjaga dan siaga. Ketika kadar oksigen di otak menurun (misalnya saat lelah atau bosan), menguap membantu menarik lebih banyak udara dan meningkatkan suplai oksigen, yang kemudian membuat kita sedikit lebih segar dan fokus. Respon Sosial dan Empati – Pernah ikut menguap saat melihat orang lain melakukannya? Itu karena menguap bisa menular secara sosial. Penelitian menunjukkan bahwa ini berkaitan dengan empati dan keterikatan sosial. Semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin besar kemungkinan kita ikut menguap saat mereka melakukannya. Sinyal Transisi Tubuh – Menguap sering muncul di antara waktu-waktu transisi seperti sebelum tidur atau bangun tidur. Ini bisa menjadi sinyal tubuh bahwa kita sedang berpindah dari satu kondisi mental atau fisik ke kondisi lain — misalnya dari aktif ke rileks.   Apakah Menguap Selalu Pertanda Mengantuk? Tidak selalu. Meskipun menguap sering dikaitkan dengan rasa kantuk, kondisi lain seperti stres, kebosanan, atau bahkan perubahan suhu ruangan juga bisa memicu menguap. Dalam beberapa kasus medis, sering menguap berlebihan bisa menjadi tanda gangguan kesehatan seperti gangguan tidur, masalah jantung, atau gangguan saraf, meskipun ini sangat jarang. 📚 Fakta Unik tentang Menguap Janin sudah mulai menguap sejak dalam kandungan pada usia kehamilan sekitar 11 minggu. Hewan seperti anjing, kucing, dan bahkan burung juga menguap, sering kali karena alasan yang mirip dengan manusia. Menguap tidak bisa ditahan sepenuhnya—semakin kamu mencoba menahan, biasanya semakin besar dorongan untuk menguap. Jadi, Kesimpulannya Menguap itu bukan cuma soal kantuk, menguap adalah respons alami tubuh yang punya fungsi penting, mulai dari mendinginkan otak hingga menjaga kewaspadaan, juga cara tubuh ngejaga keseimbangan dan performa otak. Meskipun sering dianggap remeh, menguap menyimpan berbagai makna yang berkaitan dengan kesehatan fisik dan sosial. Jadi, lain kali kamu menguap, senyum aja, itu artinya tubuhmu sedang bekerja menjaga keseimbangan dan tetap prima!   Sumber: Penjelasan dan kutipan didukung oleh Halodoc dan Alodokter, yang menjelaskan fungsi menguap untuk mendinginkan otak dan indikasi medis bila berlebihan.

Mengapa Kita Menguap? Fakta Unik di Balik Kebiasaan Sehari-hari Read More »

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap?

Apa Itu Pancaroba, dan Kenapa Tubuh Mudah Drop? Banyak pekerja bertanya kenapa tubuh gampang sekali drop saat musim pancaroba. Masa pancaroba adalah fase peralihan antar musim dengan cuaca super tidak menentu – panas terik di siang hari lalu hujan lebat di malam hari. Tubuh kita dipaksa menyesuaikan diri terus-menerus, sehingga daya tahan mudah turun. Kemenkes mencatat bahwa saat cuaca berubah-ubah seperti ini, orang dengan imunitas kurang kuat lebih rentan sakit. Dokter juga menyebutkan imunitas yang menurun berpotensi memicu infeksi lebih mudah muncul. Akibatnya, penyakit ringan pun bisa menghambat kerja. Penelitian menunjukkan misalnya influenza dapat menurunkan produktivitas pekerja sampai 67–74%, dan batuk-pilek menurunkan sekitar 26,4% produktivitas. Bagi pekerja, ini berarti stamina terkuras dan konsentrasi buyar saat sedang diserang penyakit musiman. Kenalan Dulu Sama Musim Aneh Ini Istilah pancaroba merujuk pada musim peralihan antara musim hujan dan kemarau yang berlangsung setiap tahun. Misalnya di Indonesia, BMKG memprediksi fase ini biasanya terjadi sekitar Maret–April, ketika udara pagi cenderung panas terik dan sore hari hujan mendadak turun. Karakteristik pancaroba memang aneh dan tidak menentu, cuaca bisa berganti ekstrem dalam satu hari. Saat itulah istilah ‘musim aneh’ cocok dipakai, karena tubuh kita sering kelabakan. Siang hari memakai baju tipis, sore tiba-tiba harus pakai mantel hujan – hal sederhana seperti memilih pakaian saja bisa membingungkan. Kondisi pancaroba seperti ini sering disalahartikan sebagai masa penyakit biasa, padahal justru cuaca perubahan tersebut yang menguji daya tahan tubuh. 📚 Meski biasanya pancaroba terjadi pada bulan Maret–April, tahun ini kita masih merasakan gejalanya hingga bulan Juni sebelum cuaca benar-benar stabil. Gini Caranya Hadapi Musim Yang Labil Ini Menghadapi pancaroba, kuncinya adalah menjaga imunitas agar tubuh siap tempur. Banyak ahli menyarankan menerapkan gaya hidup sehat konsumsilah makanan bergizi seimbang, cukupi istirahat, dan olahraga ringan secara rutin. Memperbanyak minum air putih juga penting untuk menjaga organ tetap prima. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah beraktivitas dapat mencegah penyebaran kuman. Jika perlu, tambahkan suplemen vitamin atau imun booster sesuai anjuran dokter. Ahli kesehatan bahkan menganjurkan vaksinasi flu tahunan untuk pencegahan ekstra saat pancaroba. Dengan cara ini, kita meminimalisir gangguan kesehatan saat cuaca tiba-tiba berubah dan tetap bisa bekerja dengan fokus. 📚 Baca Juga:  Tips Menjaga Kesehatan Anak di Musim Pancaroba Gizi Seimbang: Apa Bedanya dengan Diet? Manfaat Air Putih Sering Diabaikan, Padahal Vital! Apa Itu Metabolisme? Dan Kenapa Penting untuk Diet? Sudah Tau kan, Apa Itu Pancaroba? Pancaroba memang tantangan bagi tubuh, terutama bagi kita yang harus tetap produktif di kantor atau di lapangan. Namun dengan memahami bahwa kondisi ini bersifat sementara dan menjaga imunitas, badan kita tidak mudah “drop” meski cuaca sedang tidak bersahabat. Ayo terapkan pola hidup sehat, makan cukup bergizi, tidur teratur, dan waspada gejala ringan. Dengan begitu, kita bisa menikmati pekerjaan dan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu sakit, sekaligus tetap siap menghadapi setiap musim pancaroba yang datang. Sumber: Artikel ini disusun berdasarkan keterangan resmi Kemenkes dan BMKG serta hasil riset kesehatan terkait, yang dirangkum secara ringan agar mudah dipahami.

Apa Itu Pancaroba? Dan Kenapa Tubuh Harus Lebih Siap? Read More »

Panduan Memperbaiki Postur Badan, Hindari Bahu Membungkuk

Risiko Postur Buruk Bahu membungkuk (postur tubuh bungkuk) umum terjadi pada pekerja kantoran karena duduk lama di depan komputer. Postur ini dapat menyebabkan nyeri leher, bahu, dan punggung, serta menurunkan fleksibilitas otot dan mengganggu fungsi pernapasan dan pencernaan. Kebiasaan ini bahkan bisa memengaruhi keseimbangan tubuh dan produktivitas kerja. Manfaat Postur Baik Postur tegak memberi banyak manfaat kesehatan. Mayo Clinic menekankan bahwa postur yang baik dapat mengurangi stres pada otot punggung. Latihan punggung atas seperti wall slides membantu meluruskan tulang belikat dan memperkuat otot punggung. MedlinePlus juga menyatakan bahwa postur tubuh yang benar penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang dan mencegah cedera. Dengan latihan teratur, postur baik membuat tubuh bekerja lebih efisien sehingga Anda akan tampak dan merasa lebih baik. Tips Praktis Memperbaiki Postur Berdiri tegak, Tarik bahu ke belakang, dada terbuka, dan kepala sejajar. Posisi ini menjaga tulang belakang lurus dan mencegah kebungkukan. Duduk dengan benar, Gunakan sandaran kursi yang menopang punggung bawah (misal bantal kecil), lutut sejajar pinggul, dan bahu rileks. Ubah posisi duduk setiap 30 menit dengan berdiri sejenak atau berjalan ringan. Lakukan peregangan sederhana, Lakukan doorway stretch dengan berdiri di kusen pintu untuk membuka otot dada dan meregangkan bahu. Lanjutkan dengan scapular wall slide: bersandar pada dinding lalu angkat-turunkan lengan sambil menjaga punggung menempel, untuk memperkuat punggung atas dan meluruskan bahu. Latih otot inti dan punggung, Perkuat core dengan plank atau latihan tahan beban sederhana agar tulang belakang mendapat dukungan lebih baik. Otot inti yang kuat membantu menopang postur tubuh secara keseluruhan. Istirahat dan cek postur, Istirahatkan tubuh dengan berdiri atau berjalan ringan tiap 30 menit. Cek postur dengan berdiri menempel dinding (tumit ~15 cm dari dinding) sehingga pantat, bahu, dan kepala menempel. Posisi ini membantu melatih tubuh agar terbiasa lurus. Dengan tips sederhana di atas, Anda bisa memperbaiki postur bahu dan punggung atas tanpa alat khusus. Lakukan secara rutin; lama-kelamaan nyeri berkurang dan tubuh terasa lebih bugar serta nyaman. 💡Sumber: Artikel ini merujuk pada informasi dari Mayo Clinic, MedlinePlus (National Institutes of Health), dan Healthline – tiga referensi medis terpercaya yang sering digunakan dalam edukasi kesehatan global.

Panduan Memperbaiki Postur Badan, Hindari Bahu Membungkuk Read More »

5 Latihan Ringan untuk Mengurangi Nyeri Leher di Meja Kerja

Berada berjam-jam di depan komputer kerap membuat leher kaku dan pegal. Untungnya, ada beberapa gerakan sederhana yang bisa dilakukan sambil duduk di meja kerja untuk melepaskan ketegangan otot leher. 1. Neck Tilt (menunduk & mengadah) Gerakan pertama adalah Neck Tilt (menunduk dan menengadah). Cara melakukannya, duduk tegak, lalu perlahan turunkan dagu menuju dada dan kemudian angkat kepala menengadah ke atas. Ulangi beberapa kali perlahan. Gerakan ini membantu meregangkan otot leher bagian belakang, mengurangi ketegangan, dan membuat kepala lebih rileks. 💡Baca juga: “Postur Duduk Buruk Bisa Picu Masalah Serius, Lho!“ 2. Neck Side Stretch (miring ke samping) Kemudian coba gerakan Neck Side Stretch (miring ke samping). Caranya mudah: duduk tegak, miringkan kepala ke satu sisi hingga telinga hampir menyentuh bahu, lalu kembali ke posisi tengah dan miring ke sisi lainnya. Lakukan perlahan dan rasakan regangan di sisi leher. Manfaatnya melepas ketegangan otot samping leher dan bahu, memperbaiki fleksibilitas leher, serta membantu meredakan nyeri akibat posisi kerja yang statis. 3. Neck Rotation (putar leher) Selanjutnya, ada Neck Rotation (putar leher) yang membantu melenturkan leher. Lihat lurus ke depan, lalu perlahan putar leher ke kanan seakan menengok ke bahu kanan, tahan sebentar, lalu kembali ke posisi semula. Ulangi ke kiri. Gerakan memutar leher ini membantu memperluas rentang gerak leher, mengurangi kekakuan otot, dan membuat leher lebih leluasa bergerak. 4. Shoulder Roll (putar bahu) Tak hanya leher, bahu juga butuh peregangan. Cobalah Shoulder Roll (putar bahu). Duduk tegak, angkat kedua bahu ke depan, kemudian tarik ke atas dan putar ke belakang secara melingkar. Ulangi beberapa kali, lalu putar bahu dari belakang ke depan. Gerakan menggulung bahu ini efektif melemaskan otot bahu dan punggung atas sehingga mengurangi ketegangan yang biasa menjalar ke leher. 💡Baca juga: “5 Olahraga Ringan yang Bisa Dilakukan di Rumah“ 5. Chin Tuck (dorong dagu ke belakang) Terakhir, gerakan Chin Tuck (dorong dagu ke belakang) juga penting untuk postur. Duduk dengan punggung lurus, lalu tarik dagu ke arah leher (seperti membuat dagu ganda) dan tahan sebentar sebelum kembali ke posisi semula. Gerakan ini membantu menguatkan otot leher bagian depan dan memperbaiki posisi kepala. Hasilnya, kepala lebih sejajar dengan tulang belakang, mengurangi tekanan pada leher dan menghindari nyeri. 💡Tips tambahan: “Pastikan posisi layar sejajar mata, kursi dan meja ergonomis, serta gunakan sandaran punggung. Jangan duduk membungkuk atau dengan kepala maju terlalu lama.” Setiap gerakan di atas bisa dilakukan beberapa detik sampai satu menit, beberapa kali sehari, terutama saat leher mulai terasa kaku. Kuncinya adalah rutin melakukannya agar manfaatnya maksimal. Dengan menyelipkan latihan ringan sederhana ini di sela-sela kerja, nyeri leher perlahan akan berkurang dan Anda bisa bekerja lebih nyaman. Semangat! Yuk, sisipkan gerakan ringan ini secara rutin di sela-sela kerja agar leher selalu lebih sehat!

5 Latihan Ringan untuk Mengurangi Nyeri Leher di Meja Kerja Read More »

Benarkah Minum Es Bisa Sebabkan Radang Tenggorokan?

Apa Itu Kalori dan Kenapa Kita Harus Tahu? Kalori adalah satuan energi yang digunakan untuk mengukur jumlah energi yang diperoleh dari makanan dan minuman. Dalam konteks nutrisi, kalori menunjukkan seberapa banyak energi yang diberikan makanan untuk mendukung fungsi tubuh. Mengapa Kalori Penting? Kalori berperan sebagai bahan bakar utama bagi tubuh. Energi yang diperoleh dari makanan digunakan untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh, seperti bernapas, bergerak, berpikir, dan mencerna makanan. Tanpa kalori, tubuh tidak akan memiliki energi yang cukup untuk beraktivitas sehari-hari. Sumber Kalori Kalori dalam makanan berasal dari tiga makronutrien utama: Karbohidrat: Memberikan 4 kalori per gram. Protein: Memberikan 4 kalori per gram. Lemak: Memberikan 9 kalori per gram. Selain itu, alkohol juga memberikan energi, yaitu 7 kalori per gram, meskipun tidak dianggap sebagai nutrisi esensial. Kebutuhan Kalori Harian Kebutuhan kalori setiap orang berbeda-beda, tergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas, dan tujuan kesehatan. Sebagai panduan umum: Wanita: 2150 – 2250 kkal per hari. Pria: 2550 – 2650 kkal per hari. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Kalori Kekurangan Kalori: Dapat menyebabkan kelelahan, penurunan berat badan yang tidak sehat, dan gangguan metabolisme. Kelebihan Kalori: Dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan gangguan kesehatan lainnya. Mengetahui jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari sangat penting untuk menjaga keseimbangan energi dan kesehatan tubuh. Dengan memahami konsep kalori, kita dapat membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Benarkah Minum Es Bisa Sebabkan Radang Tenggorokan? Read More »

© Copyright 2023. PT. Populer Sarana Medika

Scroll to Top